That XX (Twoshoot) | Part 1
Author : Whirlwind~[Trainee]
Akun fb : Annisa Noranda Barezky
Length : part 1 chap 1-3
Main Cast :
1.
Kim Ranbyul
2.
Huang Zi Tao
3.
Oh Sehun
4.
Yoon Jaehui
5.
And other cast.
Genre : Friendship, Romance, sad.
Rating : PG 13
Disclaimer : seluruh main cast yang ada difanfiction ini
adalah milik Tuhan, Orangtua, dan SM Entertainment kecuali Han Ran Byul. Isi
cerita dan Sehun murni milik saya XD *dibacok Whirlwinds*. Cerita ini
terinspirasi dari kata-kata yang ada di bagian summary. Langsung saja..
ChenKaiD.Ott XD
Summary :
Percayalah, tak ada
dan tak akan pernah ada persahabatan murni antara pria dan wanita.
“takdir dunia tidak
berpihak pada cinta kita” –Tao dan Ranbyul.
“kaulah gerakan wushu
tersulit yang tak pernah bisa ku taklukkan”- Tao
“alasanku memainkan
melodi cinta dalam permainan pianoku, adalah kau”-Ranbyul
Story Begin
Chapter 1 : because of
you wouldn’t answer my calls
Ranbyul
POV
Tubuhku menggeliat tatkala
menerima sinar mentari pagi yang mencoba eksis setelah datang kembali dari
tempat peristirahatannya. Aku selalu merutuki 2 hal saat bangun pagi. Yang
pertama, aku ingin mengutuk siapapun yang telah menciptakan jam weker karena ia
sudah menciptakan keributan di pagi yang tenang dan damai. Yang kedua, aku
merutuki posisi tempat tidurku yang langsung berhadapan dengan jendela yang
mengantarkan sinar mentari dengan kehangatannya mampu membuatku harus bangun
dari mimpi indahku. Dengan segera ku sambar handuk pink-ku yang tergantung di
dekat pintu kamar mandi yang ada di kamarku dan bergegas mandi membersihkan
tubuhku serta.. um, iler yang berserakan di sekitar bibirku -_-
***
“cepat habiskan sarapanmu, Tao
sudah menunggu di luar.” Ujar eomma tanpa mengalihkan pandangannya dari
sepotong roti yang tengah dinikmatinya.
“allathoo (arraseo).” Jawabku
dengan roti yang yang penuh dalam mulutku.
PLETAK!
“harus berapa kali eomma
katakan, jangan berbicara saat kau mengunyah. Dasar jorok!” bentak eommaku yang
disambut tawa nista oleh Suho oppa, saudara kandungku satu-satunya. Ku berikan
tatapan mengerikan terbaikku untuknya. Auw.. appoyo.. jidatku sangat sakit.
Beginilah nasib menjadi seorang anak bungsu yang selalu di anak tirikan. Yah,
memang di anak tirikan karena sifat cerobohku dan kekurangan seperguruan
lainnya. Malang nasibmu Ranbyul.
“ne, aku berangkat. Katda
ulgeyo.” pamitku lalu melangkah keluar rumah.
“annyeong gerobak cungkring.”
sapa Tao. Eum, sahabatku yang aku sukai. Gerobak cungkring, itulah nama yang
diberikan Tao untukku, lengkapnya adalah gerobak Soju yang cungkring. Ia memberikan
julukan gerobak Soju karena aku sama buruknya dengan gerobak Soju, namun aku
memiliki sedikit ‘kelebihan’ berupa tubuhku yang 5 kali lipat lebih langsing
dibandingkan gerobak Soju. Kiranya begitulah asal-usul namaku.
“annyeong panda.” Jawabku lalu
tersenyum dan mengambil helm yang diberikan olehnya.
***
Menurutku hidupku sedikit
beruntung, aku dikenal sebagai wanita terdekat Tao yang notabene adalah Ulzzang
di sekolah kami, School of Performing
Arts Seoul. Sarapan pagiku di sekolah berupa tatapan iri dari para
sunbae ataupun hoobae yang mengagumi Tao. Padahal, beberapa dari mereka
memiliki paras cantik yang jauh dari kata gerobak Soju seperti julukanku. Tapi,
itu tak membuat Tao tertarik pada mereka. Ketika ku tanyakan apa alasannya, ia
hanya menjawab sudah ada seseorang yang penting di hatinya. Dan jawaban itu
yang membuatku untuk memilih memendam perasaanku padanya. Jelas saja, Kim
Ranbyul merasa CEMBURU.
Tao adalah seorang atlit basket dan wushu paling terkenal
di sekolah, sedangkan aku adalah seorang balerina dan seorang pianist.
Sebenarnya bakat seni Tao tak kalah hebat, ia berbakat dalam memainkan saxofon
dan seorang rapper di sekolah kami.
“gerobak, aku lapar. Ayo ke
kantin” ajak Tao.
“eum, baiklah.”
***
“panda, kapan kau akan mengungkapkan
perasaanmu pada wanita impianmu itu?” tanyaku lalu menyeruput grape milkshake
milikku, mencoba untuk berusaha terlihat biasa-biasa saja.
“jangan banyak tanya, kau saja
tidak tahu siapa dia.” Omel Tao.
“tsk, sahabat macam apa kau?
Bahkan kau masih bisa merahasiakan siapa yeoja itu padaku. Jadi kau menganggap
aku apa?” bentakku. Yah, aku sedikit kasar agar bisa menutupi rasa cemburu yang
membara dihatiku.
“nanti kau akan tahu, tenang
saja baby.”
“hm.” Desahku menutupi semburat
merah yang ku yakini dari godaan Tao.
“gerobak, sebentar lagi kau akan
ulang tahun kan?”
“ne, 1 minggu lagi. Waeyo?”
“kau ingin aku beri hadiah apa?”
tanya Tao, aku ingin dirimu Tao. Hanya dirimu.
“terserah kau saja.” Ujarku
pelan.
“jadi begini, aku membutuhkan
pertolonganmu. Aku ingin tanggal ulang tahunmu juga spesial untukku. Jadi aku
memutuskan untuk mengungkapkan cintaku ketika kau ulangtahun. Kau mau
membantuku? Jika aku di terima yeoja itu. Aku akan memberikan apapun yang kau
mau. Jadi, kau mau tidak?”
DEG!
“arra, arraseo. Aku akan
membantumu.” Jawabku pelan, hatiku sangat sakit sekarang. Suho oppa.. tolong
aku.
“yakso?” ujarnya lalu
mengacungkan jari kelingking miliknya.
“ne, yaksohae.” Jawabku lalu
menyambut jari kelingking miliknya.
“ada imbalan untukmu, nanti setelah
kita pulang sekolah. Kita pergi main ke Taman yang ada di dekat sungai Han itu.
Ottokhae?” tawarnya.
“eum, baiklah.” Jawabku.
***
“gerobak, lihat. Disana ada
peramal tarot. Kita coba yuk?” ajak Tao.
“aih, aku tak percaya ramalan.”
Jawabku cuek.
“sudahlah, kita coba saja dulu.”
Ujar Tao lalu menyeretku ke sebuah stand yang bernuansa mistik tentu saja
karena berkaitan dengan ramalan. Apa dayaku melawan. Bisa-bisa aku tak sadarkan
diri jika ia memukul tengkukku dengan hanya satu jurus wushunya.
“hei, anak muda. Kalian ingin
mencoba?” tanya seorang wanita paruh baya yang ku yakini adalah peramalnya.
“benar, kami ingin mencoba.”
Jawab Tao.
“kalian sangat serasi. Atmosfer
cinta mengelilingi kalian.” Ujar sang peramal yang membuatku tertunduk malu.
“hahaha. Kami hanya bersahabat,
Ahjumma.” Jawab Tao sembari menggaruk tengkuknya canggung yang membuatku sesak.
“benarkah? Aku sangat yakin jika
gadis cantik di sebelahmu adalah sesuatu yang berharga bagimu.”
“berharga bagiku? Apa maksudmu
Ahjumma?” tanya Tao tak mengerti. Aku benar-benar merasa bodoh sekarang.
“silahkan pilih kartunya nona,
tuan.” Ujar sang peramal tanpa menjawab pertanyaan Tao, benar-benar mistik.
“gerobak, aku pilih dulu ne?”
aku hanya mengangguk tanda mengiyakan ucapannya. Mulailah tangan Tao bergerilya
diantara deretan banyak karto tarot yang tersedia. Ia tampak kebingungan
memilih kartu. Hingga pilihannya tertuju pada sebuah kartu pada deretan keempat
dari sebelah kanan.
“giliranmu nona.”
Tanpa basa-basi aku langsung
mengambil kartu yang memang sudah aku targetkan dari tadi. Aku merasa kartu itu
adalah kartu yang paling menarik.
“baiklah, kita lihat
ramalannya..” ujar sang peramal lalu tampak berpikir. “untuk tuan, menurut
kartu ini. Kau harus segera mengungkapkan perasaanmu secepatnya. Ia sudah
sangat lama menunggumu. Dan untukmu nona, kau akan mendapatkan satu kebahagiaan
yang tak terkira dalam waktu dekat ini. Jadi, bersabarlah menunggu saat itu.”
Kami terdiam cukup lama setelah
sang peramal mengucapkan ramalan pada kartu tarot kami yang menurutku sedikit berkaitan dan
memberiku setangkai mawar putih.
Author POV
“mereka saling mencintai, tapi sayang garis takdir tidak menjodohkan
mereka. Semoga saja mereka akan kuat menghadapi masalah yang sudah berada di
ambang pintu.” Pikir sang peramal.
“kita akan kemana lagi?” tanya
Ranbyul memecah rasa canggung yang menyelimuti mereka setelah ramalan tarot
tadi.
“kau mau es krim?”
“tentu saja, kau kan tau aku
sangat suka es krim.”
“hehehe. Kajja.” Ujarnya lalu
mengacak puncak kepalaku pelan yang membuatku merasa melayang diudara. Indah
sekali..
***
“HAHAHAHA. Gerobak soju kau
jorok sekali. HAHAHAHA” terdengar tawa Tao membahana ke setiap penjuru kelas.
Tao menertawakanku yang sedang tertunduk malu, karena aku tertangkap mengiler
saat tidur. Pagi tadi ia membuat kejutan dengan membangunkanku secara langsung.
Dan yah, aku adalah seorang pengiler kelas berat jika sedang tertidur.
“aish, kau membuatku malu.
Diamlah.” Desakku.
“HAHAHAHAHA” tawanya masih
terdengar jelas mulai dari aku bangun tidur, hingga sekarang. Tak berhenti
barang sedikitpun.
“Tao-ssi.” Panggil Jaehui, salah
satu Ulzzang di SOPA a.k.a School of Performing Arts. Namun, jarak mereka yang
berada dalam radius 5 meter membuat Tao hanya mendengar samar-samar panggilan
Jaehui.
“ne? Jaehui-ssi, waeyo?” tanya
Tao setelah sadar namanya dipanggil.
“sini sebentar.. palliwa.”
“aish, kau saja yang kesini.”
Ujar Tao.
“kau yang kesini.” Desak Jaehui.
“aigoo~ kau ini manja sekali
seperti kucingku. Kau mau ku cium eoh?.” Ujar Tao lalu meninggalkan aku dan
menghampiri Jaehui yang memanggilnya. Bisa ku lihat dari sudut mataku mereka
tampak berbisik membicarakan sesuatu.
Aku merasa wajahku panas dan nafasku mulai tak karuan.
Bisa-bisanya ia berkata seperti itu pada wanita lain. Dari sejak lahir berteman
dengannya tapi ia tak pernah berkata seperti itu padaku. Kau jahat Tao! Tapi,
untuk apa aku marah? Aku tak berhak melakukannya. Ne, Jaehui jauh lebih pantas
dengan Tao dibandingkan diriKu yang tampak seperti gerobak Sujo yang buruk rupa
menyaingi keburukan rupa seorang princess Fiona. Aih, lebih baik aku ke rooftop
menenangkan diriku. Aku ingin melampiaskan rasa cemburuku.
***
Author POV
Terdengar isakan malang dari seorang siswi SOPA di rooftop
sekolah mereka. Merenungi nasibnya yang memiliki segudang keburukan dan wajah
yang buruk rupa, menurutnya.
“baiklah.. hiks.. JIKA ITU YANG KAU MAU, AKAN KU LAKUKAN
TUAN MUDA HUANG. AKU AKAN MENCOBA UNTUK TIDAK MENCINTAI KAU YANG BERSTATUS
SAHABATKU, YA HANYA SAHABATKU. DAN SEKARANG KAU BUKAN SAHABATKU LAGI. KAU HANYA
TEMAN BIASA, HANYA TEMAN BIASA!! AKU TEGASKAN ITU. AKU BERJANJI AKAN MELUPAKAN
PERASAANKU PADAMU. AKU BERJANJI! Hiks.. hikss..”
Keadaan kembali tampak hening sesaat setelah Ranbyul
berteriak, namun samar-samar masih terdengar isakan kecil dari bibirnya.
GREP!
Terasa seorang laki-laki memeluknya dari belakang. Ia
tampak tercengang dengan apa yang dialaminya sekarang. Bisa ia rasakan aroma
khas wewangian menusuk hidungnya yang sebenarnya membuatnya nyaman.
“uljima.. uljimayo.. agasshi..” bisik suara bass milik
seorang laki-laki di belakangnya.
***
“kau sudah tenang?” tanya namja itu pada Ranbyul, dibalas
anggukan dan secuil senyuman manis miliknya.
“baguslah, kau kenapa menangis? Apa karena kekasihmu yang
sangat kau cintai?” tebak Namja itu.
“anni, hmm.. ini karena sahabatku yang aku cintai..”
“wajar saja kau menangis, itu konsekuensi mencintai orang
yang tak seharusnya kau cintai.”
“hahaha, kau benar.” Ujar Ranbyul lalu mengeluarkan tawa yang membuat siapa
saja akan merasa kasihan dengan kemalangan miliknya.
“um, siapa namamu Aggashi?”
“naneun Ranbyul, Kim Ranbyul.”
“aku Sehun, Oh Sehun.”
“kau kenapa bisa ada disini?”
“hehehe, ini adalah tempat pelarianku jika aku jenuh dengan
pelajaran di kelas. Atau simpelnya ini adalah tempatku untuk bolos.” Jawabnya
lalu menggaruk tengkuknya canggung.
“oh.. begitu.”
Kemudian hening kembali menyelimuti mereka.
“sudah jam pulang.. aku harus kembali ke kelas.” Ujar
Ranbyul.
“eum, mau ku antar pulang. Byullie?”
“eum.. tapi..” jawab Ranbyul ragu.
“ayolah, aku bukan orang jahat. Kajja..”
‘baguslah.. ini bisa ku jadikan alasan untuk menghindari
Tao dan.. melupakannya.’ Pikir Ranbyul.
***
“gomawo Sehun-ah..” ujar Ranbyul setelah turun dari motor
sport putih milik Sehun.
“ne, cheonma Byullie.. eum, aku boleh menjemputmu besok?”
tawar Sehun.
“eum, boleh saja. Hehehe.” Kikik Ranbyul, ia tampak nyaman
bersama Sehun.
“baiklah. Aku pergi dulu ne..”
“baiklah.. annyeong Sehunnie.”
“annyeong Byullie..”
Ranbyul tetap berdiri di tempatnya memastikan Sehun pergi
sampai siluet Sehun tak tampak lagi karena simpang jalan rumahnya. Ia tampak
terkejut melihat tatapan sinis Tao yang berdiri di depan rumahnya yang berada
tepat di sebelah kanan rumah Ranbyul. Ranbyul memasuki halaman rumahnya dan
menutup pagar rumahnya kasar tanpa sedikitpun menyapa Tao. Ia merasa jijik. Tao
sukses membuat mood nya kembali hancur setelah ia sempat bersenang-senang
dengan Sehun.
I lose my mind,
neoreul chommmanaseultte..
One message from Tao
“gerobak, kenapa kau
menghilang tadi di sekolah? Siapa namja yang mengantarmu pulang?”
Ranbyul tampak malas menatap layar handphone touchscreennya
dan membiarkannya tergeletak begitu saja di atas nakas samping tempat tidurnya.
Ia benar-benar merasa muak pada Tao. ‘Atau jangan-jangan yeoja yang dimaksud
Tao adalah Jaehui. Tsk, memuakkan!’ Pikirnya.
Sekali lagi, handphone Ranbyul berdering.
One message from Sehun
“Byullie~ kau anak
kelas XI B kan?^^”
Reply :
“benar^^ dan kau
kelas berapa?”
Terukir sebuah senyuman cerah di bibir Ranbyul, ia merasa
bahagia dengan Sehun. Ya, walaupun belum genap 1 hari mereka berkenalan.
One message from Sehun
“aku kelas XI A^^
eum, Byullie. Namja yang tinggal di sebelah rumahmu itu Tao kan? Ulzzang SOPA?”
Reply :
“benar~ eum,
Sehunnie. Aku lelah. Aku mau istirahat dulu ne? Ppai ppai^^”
Sebenarnya Ranbyul tak berniat untuk beristirahat barang
sedikitpun seperti apa yang ia katakan pada Sehun. Itu hanya modus untuk
menghindari percakapan yang membahas Tao. Ia sudah muak. Sangat muak.
Chapter 2 : I love him.. so what?!
Ranbyul
POV
“annyeong Sehunnie.” Sapaku
sambil tersenyum, hari ini ia mengajakku jalan-jalan ke Namsan Park. Kami
langsung berangkat setelah jam pelajaran di sekolah usai.
“Annyeong Byullie.” Jawab Sehun
lalu memamerkan eye smilenya padaku. Bisa ku lihat dari sudut mataku Tao
memandang kami tajam. Biarlah, i don’t care.
“kita berangkat sekarang?” tanya
ku yang dibalas anggukan oleh Sehun.
***
“sudah lama aku tak kesini..”
ujarku pelan.
“hm, aku juga. Udara disini..
hmm, sangat sejuk.. kapan terakhir kali kau kesini?” sahut Sehun.
“sekitar 1 bulan yang lalu..”
Sehun mengangguk pelan setelah mendengar jawabanku.
***
Tao
POV
Dengan air mata yang masih
membasahi pelupuk mataku, aku mencoba bernyanyi. Mewakili apa yang aku rasakan
sekarang. Keheningan ruang musik menemaniku dalam kesepian. Ya, aku masih
berada di sekolah atau tepatnya di ruang musik. Entahlah, rasanya aku nyaman
berada disini. Ku genggam microfon dengan sedikit kuat dan mulai bernyanyi.
Oraen-maniya mot bon sa-i geudaen eol-ku-ri chowa boyeo
Yeppeojyeot-da neon hangsang nae nunen wonrae kowah boyeo
Keunde oneul-ttara jo-geum talla boyeo yunanhi mwonka deo cha-gawo boyeo
Nareul boneun nunbichi dongjeonge kadeuk cha-isseo ne apeseo nan ja-ga boyeo
Kwaehn-chanheun cheogaesseo daehwah-jujereul bakkwobeoryeo
Mudko shipeun ma-reun manheunde neon ttag jallabeoryeo
Ne gin meorin challanggeoryeo nae bo-reul ttaerigon seuchyeojina
Dwiido-raseon godjang kabeoryeo yeo-giseo neol jabeumyeon useuwojina
Mudko shipeun ma-reun manheunde neon ttag jallabeoryeo
Ne gin meorin challanggeoryeo nae bo-reul ttaerigon seuchyeojina
Dwiido-raseon godjang kabeoryeo yeo-giseo neol jabeumyeon useuwojina
Amu maldo tteo-oreuji anh-jyo tteolmyeonseo neon handu
balchag dwiiro
Ijen nae-ga museopdan geu mal nal michike haneun neoran tal
Ijen nae-ga museopdan geu mal nal michike haneun neoran tal
I love you baby i’m not a monster
Neon al-janha yejeon nae moseubeul shi-gani chinamyeon sarajyeo beoril tende keu ttaen al tende baby
Neon al-janha yejeon nae moseubeul shi-gani chinamyeon sarajyeo beoril tende keu ttaen al tende baby
I need you baby i’m not a monster
Nal al-janha ireohke kajima neo majeo beorimyeon nan jugeobeoril tende i’m not a monster
Nal al-janha ireohke kajima neo majeo beorimyeon nan jugeobeoril tende i’m not a monster
I love you baby i’m not a monster
Neon al-janha yejeon nae moseubeul shi-gani chinamyeon sarajyeo beoril tende keu ttaen al tende baby
Neon al-janha yejeon nae moseubeul shi-gani chinamyeon sarajyeo beoril tende keu ttaen al tende baby
I need you baby i’m not a monster
Nal al-janha ireohke kajima neo majeo beorimyeon nan jugeobeoril tende i’m not a monster
Nal al-janha ireohke kajima neo majeo beorimyeon nan jugeobeoril tende i’m not a monster
“hiks.. hiks.. KIM RAN BYUL!!! Aarrrrgghhh”
pekikku frustasi di akhir lagu, aku tak tahu apa salahku hingga sebenci itu
tatapannya padaku.
GREP!
“menangislah.. Tao.. menangislah
jika itu yang membuatmu merasa lebih baik.”
“Yoon Jaehui.. kenapa kau
disini? Dan kau tak perlu memelukku! Lepaskan!” titahku.
“anni, aku tak akan
melepaskannya. Aku ingin.. menjadi wanita yang baik untukmu..”
“untuk apa kau melakukannya eoh?”
“aku tak ingin melihat orang
yang ku sukai menangis orang lain.”
“cih, Yoon Jaehui. Lebih baik
kau pergi sekarang atau wajahmu akan lebam.”
“Tao..”
“pergi kataku! Apa kau tak
dengar hah?!” hardikku.
“baiklah, aku pergi.. kau
hati-hatilah disini..” ujar Jaehui, entah kenapa aku menjadi merasa bersalah
karena membentaknya. Ku genggam pergelangan tangannya.
“mianhaeyo.. kau disini saja,
temani aku.” Kataku kemudian mendapatkan anggukan darinya.
***
Author POV
“gomawo Sehunnie, kau sudah
menghiburku hari ini.” Ujar Ranbyul lalu memberi senyuman terbaiknya.
“tak usah sungkan Byullie..”
jawab Sehun lalu tersenyum. Ranbyul merasa sangat nyaman melihat senyuman
Sehun. Sesaat mereka terdiam cukup lama hingga Sehun mendaratkan sebuah ciuman
di kening Ranbyul
Chu~
Tanpa mereka sadari ada sepasang
mata menatap mereka nanar di simpang gang rumah mereka.
“hm, mianhae Byullie.. ini sa-“
“anni, ini bukan salahmu
Sehunnie.”
“uhm, gomawo. Kalau begitu aku
pulang dulu ne?” ujar Sehun lalu bersiap kembali di motor sportnya.
“baiklah. Hati-hati ne?” ujar
Ranbyul perhatian.
“arraseo. Kalau begitu aku pamit
dulu. Sampai jumpa besok pagi.” Ujar Sehun lalu mengendarai motor sport
miliknya hingga tak tampak lagi di ujung jalan. Baru sebentar Ranbyul ingin
membuka pagar rumahnya, ada sebuah tangan kekar menggenggam pergelangan
tangannya.
“gerobak..” ujar namja itu, Tao.
Ranbyul menatap ‘sahabat’nya itu penuh dengan tatapan benci.
“apa salahku? Hingga kau tampak
begitu membenciku? Kau tak bisa seperti ini tanpa ada alasan sama sekali.
Selama ini kau tak pernah bersikap dingin padaku. Aku mohon.. jelaskan apa
salahku.” Pinta Tao yang kemudian di balas sebuah seringaian milik Ranbyul.
“tsk, tanyakan pada dirimu
sendiri tuan Huang.” Ujar Ranbyul dingin lalu menghempaskan genggaman tangan
Tao pada pergelangan tangannya.
BRAAAKK!
Bunyi dentuman keras berasal
dari pagar yang di banting oleh Ranbyul, sejurus kemudian Tao terduduk lemas di
depan pagar rumah keluarga Kim dan menangisi nasibnya.
“KIM RAN BYUUUL!!!” pekik Tao.
Kau tahu?
Kita berada di dunia yang berbeda, Tao..
Kau tampan, baik, dan pintar..
Sedangkan aku?
Aku tak lebih dari seonggok anak itik yang
sekarat.
Jika orang lain menggunakan perbedaan menjadi
alasan untuk bersatu.
Berbeda denganku yang memilih perbedaan
menjadi alasan yang tepat untuk berpisah denganmu.
Hiduplah dengan baik tanpa sahabat kejammu..
Sahabat kejammu adalah aku.
Dan satu lagi,
Kau tahu? Sehun sudah sukses membuatku
berpaling darimu.
Aku mencintai Sehun..
Ya, I love him..
Bukan kau.
Jika kau masih menganggapku teman.
Do’akan aku agar aku bisa mendapatkannya.
Mendapatkan hatinya yang suci itu.
Aku egois? Benar, aku memang egois!
Chapter 3 : The
Name I Loved
Ranbyul POV
Sudah hampir tengah malam. Huft,
besok aku berulang tahun. Siapa yang akan mengucapkan selamat padaku untuk yang
pertama kali? Pertanyaan itulah yang terus berputar di kepalaku membuatku tak
kunjung bisa memejamkan mata dan berjelajah di dunia mimpi.
TENG!
Bingo! Sudah jam 12 malam dan
artinya aku berulang tahun. Hiyaa, saengil chukka hamnida Ranbyul. Hm, ada yang
kurang pada ulangtahunku kali ini. Yah, namja itu. Selama 4 tahun terkahir
setiap aku berulang tahun ia memberikan kejutan tepat tengah malam seperti saat
ini. Aku, aku merindukannya. Aku beranjak dari kasur kemudian menuju rak buku
yang ada di kamarku. Mencari keberadaan album foto dokumentasi perayaan
ulangtahunku khusus bersama Tao yang memiliki warna merah marun itu.
Aku
menemukannya, ku bawa album berukuran sekitar 10 inch itu menuju tempat
tidurku. Ku buka satu persatu halaman. Pertahananku jebol tatkala melihat
begitu banyak ekspresi senang ku bersama Tao. Aku, sangat merindukannya. Aku
merindukan kenangan ini. Aku ingat, ia mencium keningku saat itu, 1 tahun yang
lalu.
Flashback
ON
Author
POV
“apa
yang ingin kau lakukan di usia barumu, gerobak?” tanya Tao, mereka tengah
memandang langit malam yang penuh akan cahaya berkilauan dari para bintang di
balkon kamar Ranbyul.
“aku
belum memikirkannya.” Jawab Ranbyul.
“hm..
gerobak..”
“ne
panda?”
CHU~
Seketika
rona merah muncul di wajah gadis yang sedang merasa malu, dan senang. Entahlah,
tak bisa di ungkapkan apa yang ia rasakan sekarang. Namja yang begitu ia cintai
mencium keningnya hangat. Ia merasa terbang dengan kupu-kupu berterbangan di
perutnya. Indah, indah sekali.
“sekali
lagi, saengil chukka hamnida.. Ranbyul..” ujar Tao lalu tersenyum. sangat
jarang bahkan terbilang tidak pernah Tao memanggil Ranbyul dengan namanya.
“ne,
gomawoyo..” ujar Ranbyul lalu tersenyum senang.
Flash
Back OFF
Ranbyul
POV
“hiks..
hiks.. Tao.. bogoshippoyo..” isakku. Jujur saja, aku sedikit menyesali
perbuatanku waktu itu. Membiarkan diriku tenggelam dalam lautan egois yang
begitu besar. Seharusnya aku tak perlu merasa cemburu. Karna Tao tak pernah
mengatakannya, Tao tak pernah mengatakan ingin menciumku. Tapi Tao
melakukannya.
Deerrrtt
derrrrtt
Ku
sambar handphoneku lalu melihat ada panggil dari.. Tao.
“yoboseo..”
ujarku pelan, mencoba menetralisir isakan dan nervous dihatiku.
“gerobak..
saengil chukka hamnida.. saengil chukka
hamnida.. saranghaneun nae Ranbyul.. saengil chukka hamnida.. maaf aku
hanya bisa menelponmu. Tadi aku ada urusan jadi tak sempat membelikan apapun
untukmu. Dan, aku minta maaf atas kesalahanku yang membuatmu marah.
Mianhaeyo..”
“ne,
gomawo. Kau tak perlu merasa repot. Kau tidak melakukan kesalahan apapun.
Sudahlah, aku mau tidur. Jaljayo.”
Tiit
Ku
putuskan sambungan telepon secara sepihak. Tak apa, agar Tao bisa membenciku.
Membenci diriku yang egois ini. Hm, aku sedikit merasa lebih baik setelah
mendengar suaranya. Aku tahu ini egois. Tapi mau bagaimana lagi?
***
Deerrrtt
deeeerrrtt
“yoboseo,
sehunnie..”
“...”
“ehm,
ne. Kwaenchana. Aku bisa berangkat dengan oppa ku.”
“...”
“ne..
arraseo. Annyeong.”
Tiit
Ada
apa dengan Sehun, pagi ini dia tak menjemputku. Aih, dia juga tak mengucapkan
selamat ulang tahun. Tapi wajar saja, aku tak pernah mengatakan padanya jika
aku berulang tahun hari ini. Hm, Tao.. apa dia benar-benar menyatakan
perasaannya pada yeoja yang ia katakan waktu itu? Nan molla..
***
“kemana
bis berkeliaran? Aku tak tahu jadwal keberangkatannya. Huuufftt.” Desahku lalu
menghembus kasar poniku. Aku sedang berada di halte bus yang ada di simpang
jalan rumahku. Hingga sosok yang begitu aku kenal mengendarai motornya, Tao.
Aku alihkan pandanganku ke arah lain.
“hei
gerobak.” Panggilnya. Aish, matilah kau nona Kim.
“ne?”
jawabku.
“kemana
namja yang sering mengantarmu itu?”
“dia
ada sedikit urusan.”
“oh.
Hm, berangkat denganku saja.”
“terimakasih,
itu tidak perlu.”
“ayolah.”
“tidak
perlu.” Ujarku acuh.
“hm,
kau tak tahu jadwal bis ke sini? Mereka datang 1 jam lagi. Dan kau mau menunggu
sampai 1 jam lagi? Bisa-bisa kau di hukum mengepel lapangan basket sekolah.”
“sa-satu
jam lagi?” tanyaku, ia mengangguk.
“ayolah,
kau tak mau terlambatkan?”
“hm,
baiklah.” Jawabku pasrah.
Sepanjang
perjalanan kami hanya diam. Aku tak berani membuka percakapan. Untung saja aku
hanya perlu 20 menit untuk diam seperti ini. Senyumku meluncur bebas tatkala
melihat punggungnya, ingin sekali aku memeluknya dan membisikkan kata saranghae
tepat di telinganya. Tapi itu tidak mungkin,dia tak pernah mencintaiku.. dan
tidak akan pernah. Akhirnya motor yang dikendarai oleh Tao telah terparkir
ditempatnya.
“gomawo,
Tao-ssi.”ujarku lalu bersiap pergi.
“mana
julukan panda ku? kenapa kau tak memanggilku dengan nama kesukaanku itu?”
protes Tao.
Aku hanya diam tak menggubris
pertanyaannya dan melangkahkan kakiku menuju kelas.
***
“Sonsaengnim,
bisakah aku memilih teman duet dari kelas sebelah?” ujarku pada Lee
Sonsaengnim. Yang seterusnya mendapatkan sorakan dari setiap penjuru kelas.
“apa
anak laki-laki di sini kurang berbakat dalam menari, nona Kim? Biasanya juga
kau selalu berpasangan dengan Tao-ssi.”
“eum,
itu. Aku ingin mencoba duet dengan anak kelas lain. Aku, aku bosan jika harus
berduet dengan siswa di kelas ini.” Protesku yang kembali mendapatkan hujaman
suara dari setiap sudut kelas.
“eum,
baiklah. Silahkan nona Kim.” Jawab Lee Sonsaengnin lalu tersenyum tipis.
“Kamsahamnikka
Lee Sonsaengnim” ujarku semangat lalu membungkuk hormat.
“ye.
Jadi, kalian ingat. Waktu kalian berlatih hanya 2 minggu. Berlatihlah dengan
keras. Saya undur diri.”
“ye,
sonsaengnim.” Ujar kami sekelas.
Aku
tengah membereskan buku-buku yang berserakan di mejaku, bisa kulihat sudut
mataku Jaehui tengah mendekati Tao. Aku berpura-pura untuk tidak tahu.
“Tao-ssi,
bisakah aku jadi teman duetmu?” tsk, sudah ku tebak. Jaehui akan mengatakan hal
itu.
“tapi..”
“kau
tidak berduet dengan Ranbyul, kan?”
“Byullie!.”
Panggil suara yang selalu membuatku teduh.
Huft,
gomapta Sehun. Kau menyelamatkanku.
“ne
Sehunnie.” Jawabku lalu melangkah riang keluar kelas.
...
“kau
mau menemaniku ke Sungai Han, nanti?”
tanya Sehun, aigoo~ tampaknya ia benar-benar tak tahu apapun tentang
ulangtahunku.
“ne,
baiklah.” Jawabku lalu kembali menyantap ddubokki milikku.
“memangnya
ada apa disana?” lanjutku.
“aku
hanya ingin kesana, bersamamu.” Ujarnya lalu tersenyum misterius.
“sebenarnya
apa yang kau sembunyikan eoh? Aku menangkap hawa aneh dari senyumanmu itu.”
Sewotku.
“nanti
kau akan tahu juga, tenang saja.” Ujarnya lalu kembali menampakkan smirknya.
***
“Byullie..”
panggil Sehun yang membuatku membuyarkan lamunanku, sekarang kami tengah
memandang aliran tenang sungai Han. Sangat indah..
“wae?
Sehunnie?”
“hm..
aku tau jika aku tak pantas mengatakannya. Tapi..”
“tapi
apa? Katakan saja.” Desakku. Kemudian ia terdiam cukup lama, bola matanya
berputar kesana kemari seolah tengah memendam sesuatu yang besar dibenaknya.
Hingga akhirnya ia menatapku teduh. Mata sayunya yang indah itu benar-benar
menghipnotisku.
“saranghae
Byullie.. aku bukan tipe laki-laki yang mudah merangkai kata-kata romantis yang
disukai oleh banyak wanita. Tapi inilah aku, diriku. Bisakah kau menerima
diriku, Byullie?” ujarnya pelan namun terdengar jelas ditelingaku. Aku merasa
bahagia ketika mendengarnya.. sangat bahagia.
“ottokhae?
Kau mau, Byullie?”
“NA
DO SARANGHAE SEHUNNIEEEEE.” Pekikku.
“jeongmal?”
aku mengangguk.
GREP!
Jadi
inikah rasa hangat ketika kau dipeluk oleh kekasihmu? Benar, sangat hangat dan
nyaman. Detak jantungnya yang berdetak tak karuan justru terdengar sebagai
melodi indah di telingaku. Aku benar-benar jatuh cinta..
“biarkan
seperti ini.. biarkan sedikit lama..” bisik Sehun, aku mengangguk pelan menjawab
ucapannya.
“kau
menyukainya?” bisik Sehun lagi.
“ne,
aku sangat menyukainya.. bagaimana denganmu?”
“aku
tidak menyukainya, tubuhmu sangat pendek.”
PLETAK!
“yakk!
Jangan pukul kepalaku, chaggi.. appoyo..” rintih Sehun.
“hahahaha.
Coba kejar aku.. ppalli chaggi-yaa.. palliwa..” ujarku lalu berlari sekuat
mungkin untuk menjauh.
“yakk!
Chaggi-ya.. chankkaman..”
“hahahahahaha.
Ayo kejar aku..”
Tapi
sial, aku merutuki kakiku yang masih jauh kurang panjang dibandingkan kaki
Sehun. Dan bisa ditebak, aku tertangkap.
“chaggi,
aku ingin memakai baju couple denganmu..” ujar Sehun setelah ia berhasil
mensejajarkan langkahnya denganku.
“kau
benar-benar menginginkannya?” tanyaku yang disahut anggukan oleh Sehun.
“otte?”
tanyanya lagi.
“arraseo..
i’m yours baby..” ujarku.
“hihihihi,
kajja kita pulang..” ujar Sehun lalu merangkul pundakku dan merapatkan tubuhku
padanya.
“AKU
SANGAT SENANG HARI INI.. BAGAIMANA DENGANMU CHAGGI?” pekik Sehun yang sukses
membuat banyak orang menatap kami aneh.
“AKU
JUGA SANGAT SENANG.. SARANGHAE..” pekikku.
“NA
DO SARANGHAE..” pekik Sehun. Lalu kami tertawa bersama setelah membuat banyak
orang menatap kami heran. Biarlah, i don’t care. Yang penting aku bahagia..
gomawo Sehun..
Author
POV
Di
sisi lain, tepatnya di balik pagar rumah milik keluarga Huang tampak sesosok
namja bertubuh atletis ditemani sekantong sampah di sampingnya. Ia ingin
memastikan yeoja yang dicintainya sampai dirumah dengan selamat. Siapa lagi
kalau bukan.. Ranbyul. Semenjak akhir-akhir ini mereka kehilangan komunikasi yang
Tao sendiri tidak tahu apa alasannya. Tao mencemaskan gadis itu. Ia
menyenderkan tubuhnya di dinding pagar rumah sembari memikirkan hal yang entah
apa isinya. Kegunaan sekantong sampah disampingnya? Tentu saja menjadi alibi
jika ia tertangkap basah tengah menunggu yeoja yang ia cintai itu pulang.
Hingga penantiannya di akhiri dengan hembusan nafas lega. Namja yang ia ketahui
belakangan ini bernama Sehun telah mengantar yeoja itu dengan selamat. Ia
sedikit mengintip apa yang dilakukan dua anak manusia yang tengah ia
perhatikan. Tentu saja Tao tak mendengar apa yang mereka ucapkan karena jarak
mereka cukup jauh, radius 8 meter.
“SARANGHAE
SEHUNNIE..” lengkingan milik siapa? Tentu saja milik Ranbyul.
‘apa
mereka berpacaran? Ah, mungkin saja aku salah dengar karena aku khawatir.’
Pikir Tao.
“NA
DO SARANGHAE BYULLIE” pekik Sehun, namja yang akhir-akhir ini dekat dengan
Ranbyul. Sebenarnya ini aneh bagi Tao. Kenapa? Karena selama ini Ranbyul hanya
bergaul dengan teman laki-laki di kelas mereka. Tidak sama sekali dengan anak
kelas lain. Dan juga karena Ranbyul tidak mudah dekat dengan seorang namja.
Ranbyul tak pernah berceloteh tentang namja lain kecuali idola laki-laki nya.
‘na
do saranghae? Jadi mereka benar-benar pacaran? Atau aku yang salah deng-‘
gumaman Tao terhenti tatkala melihat namja lain mencium bibir gadis yang begitu
ia cintai. Mata pandanya tak sanggup berkedip barang sedikitpun karena tak
ingin menyianyiakan pemandangan yang menyakitkan ini. Hingga akhirnya namja itu
melepas ciumannya yang diyakini oleh Tao adalah ciuman perpisahan untuk
kekasih. Tentu saja, Teman laki-laki mana yang berani mencium bibir temannya?
Jika adapun, itu akan sangat jarang terjadi. Terlebih Tao merasakan atmosfer
cinta yang menyeruak keluar dari perlakuan dua orang yang ia perhatikan.
Tuhan.. Salahkah aku jika aku menyukai
sahabatku sendiri? Mencintai sahabatku sendiri? Apa salahku? Apa aku telah
membuat sebuah kesalahan besar hingga kau menghukumku dengan cara seperti ini? Entahlah,
terlalu banyak tanya yang meledak-ledak dibenakku.Tapi sudahlah.. Aku menyerah
dan aku mengaku kalah.. Aku, seorang sahabat yang sudah 4 tahun dekat dengan
Ranbyul. Kalah dengan seorang namja yang bahkan belum genap seminggu berkenalan
dengan Ranbyul. Sedahsyat apa skenario pertemuan mereka hingga mereka bisa
saling jatuh cinta? Apa aku bisa meminta time machine dan meminta skenario itu
untukku dan Ranbyul? Aku menyesal.. Aku pengecut.. Tuhan, aku akan menerima
kutukan ini.. Tapi, aku ingin jangan ada air mata yang tumpah dari mata indahnya..
Yakinkan aku jika kau sudah mengirim orang terbaik untuknya.. biarlah aku yang
tersakiti, aku yang tersiksa. Aku hanya akan mencintainya dalam diam.. dalam
diam..
Tears be fall
Colours and promises
How to be brave
How can I love when I’m afraid to fall
Watching you stand alone
All of my doubt
Suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday
Waiting for you
Darling done be afraid
I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for thousand more
All along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
One step closer..
One step closer..
-
A Thousand Years-Christina Perri
TBC~
Don’t forget RCL
nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar