Menurut review dari sebuah majalah China, Sehun
bisa saja terjun ke dunia akting nantinya. Me : generasi Siwon oppa ciiyeee XD
2.Sehun diketahui masih memakai Retainer
gigi/behel sampai sekarang. Me : lho? Aku ga pernah liat giginya T-T
3.Saat pertama kali Kai bertemu Sehun, ia mengira
Sehun adalah orang yang chic, ternyata setelah kenal dekat Sehun adalah tipe
orang yang kyeopta dan penuh akan aegyo. Me : -_-
4.Jika Sehun merasa malu saat ditanya, ia akan
memasang muka innocent dan menutup wajahnya. Me : no comment.
5.Kekita Sehun dan Kai lapar, senjata andalan
mereka adalah beraegyo ria dihadapan D.O, dan D.O langsung pergi ke dapur dan
memasak. Me : dasar anak nakal.
6.Member paling nakal di EXO-K adalah Sehun. Me :
dasar Maknae -_-
7.Dulu sewaktu menjadi trainee, Sehun pernah
ngambek dan tidak mau bicara pada siapapun kecuali Luhan. Me : -_-
8.Sehun sangat suka Choco Bubble Tea. Me : bubble
tea itu apa sih?” -_-a
9.Sehun membelikan gantungan ruas untuk Luhan di
London.
10.Sehun lebih lancar mengucapkan nama Luhan
dibandingkan nama China nya sendiri. Me : dasar koplak!
11.Sehun ingin agar fans tidak memanggilnya dengan
sebutan oppa karena menurutnya itu tidak cocok dengan imagenya yang imut. Me :
narsis tingkat dewi. -_-
12.Sehun sangat suka film action China dari kecil.
Dan ia menyukai tokoh Jackie Chan.
13.Sehun menangis ketika harus berpisah dengan para
member EXO-M karena kewajiban mereka. Me : sooman, liat tuh. Suami aku nangis.
Satuin aja EXO kenapa?
14.Ada beberapa member EXO menganggap Sehun dan
Kris itu mirip.
15.Sehun tidak suka dengan hal-hal yang bersifat
khusus, dia selalu menghormati semua orang. Me : anak pintar XD
16.Sehun bisa melakukan gerakan kayang. Me : o.O
17.Sehun mudah menangis, tapi sejauh ini ia belum
pernah menangis di depan umum. Me : hanya aku dan anak EXO yang tau XD
18.Sehun pernah ketangkap kamera sedang main
dorong-dorongan dengan D.O.
19.Sehun adalah member yang paling susah diatur.
20.Sehun selalu memuji masakan D.O, tapi Kai selalu
bilang gak enak.
21.Motto hidup Sehun : hiduplah dengan melakukan
hal yang kau suka.
22.Sehun sering ganti gaya rambut.
23.Sehun kurang mengerti bahasa Inggris. Me :
iyalah, cadel gituloh.
24.Ulangtahun sehun berdekatan dengan tanggal debut
EXO. Sehun ulang tahun pada tanggal 12 April, sedangkan EXO debut pada tanggal
9 April.
25.Sehun sangat suka susu, Sehun remaja selalu
menulis di diarinya tengang susu, mulai dari khasiat minum susu, kandungan
susu, dan jenis susu. Me : wkwkwkwk XD
26.Sehun sangat suka bercermin. Me : -_-
27.Sehun mengaku kulitnya seputih susu. Sedangkan
Kai hitam, tapi seksi.
28.Jika di beri pertanyaan, ia sering memberi
jawaban aneh.
29.Cita-citanya saat kecil adalah menjadi presiden.
30.Sehun sangat sering latihan ekspresi muka.
31.Sehun memiliki banyak aegyo dari hasil latihan
ekspresi muka.
32.Kai bilang “aku tidak tahu jika Sehun tampan 3
tahun yang lalu, tapi aku baru sadar sekarang jika ia memang tampan”. Me :
hadeuh, kemana saja dirimu selama ini BangKai? -_-a
33.Sehun dan Baekhyun sering mandi bersama ketika
selesai latihan.
34.Mereka juga sering menirukan akting dalam CF di
depan cermin kamar mandi. Me : CF itu sejenis iklan. Duo narsis -_- bayangin
mereka niru iklan Mie Sedaaap -_-
35.Kai merasa senang lebih tua dari Sehun.
36.Nickname Sehun adalah Baek-gu (putih) karena
kulitnya seputih susu.
37.Kai sering mengejek Sehun ketika para fans meneriaki
nama Luhan dihadapan Sehun. Me : BangKai balas dendam tuh karena di dorm dia
yang di aniaya sama Sehun.
38.Pada saat EXO-K ke London, Sehun selalu memegang
tangan Suho karena takut tersesat.
39.Di London ia membeli sepatu. Ternyata ketika
membeli sepatu, ia memasuki toko sepatu yang sedang mengadakan diskon 50%. Me :
ketauan tuh sangat menjunjung tinggi prinsip ekonomi. -_-
40.Sehun pintar dalam matematika.
41.Sehun adalah member paling jahil di EXO-K.
sedikit fact lucu dari member lain.
42.Ketika di London, Kai dan sang menejer tersesat.
Banyak orang yang mengikuti mereka yang berjalan entah kemana. Tapi mood Kai
menjadi buruk ketika salah satu dari mereka berteriak “Taemin SHINee??! Kau
Taemin SHINee kan??!”
43.Xiumin pernah bereksperimen memasak. Dan yang
menjadi kelinci percobaannya adalah Luhan dan Tao. Tao bilang “masakanmu tidak
enak” dan itu membuat Xiumin ngambek. Akhirnya Luhan bilang “masakanmu enak.”.
xiumin pun berbinar mendengarnya dan memberikan sisa lainnya untuk Luhan.
Akhirnya Luhan berkata “kau lebih baik bernyanyi daripada memasak. Masakanmu
tidak enak.” Dan di balas dengan Xiumin “komentarmu jauh lebih pedas
dibandingkan Tao.”
44.Tao sangat payah dalam bahasa korea. Ia pernah
memanggil Xiumin dengan sebutan ‘oppa’ hingga Xiumin mengira jika Tao adalah perempuan.
-_-
45.Chanyeol pernah mengaku jika ia jauh lebih
tampan daripada Kris. Dan setelah ia mengatakan itu ia mendapatkan tatapan
seram dari seluruh member.
46.Hampir seluruh member EXO merasa takut ketika
pertama kali bertemu dengan Tao. Karena menurut mereka wajah Tao tampak
menyeramkan.
47.Kai adalah member yang paling sering di bully
oleh member lain.
48.Pernah di suatu acara, di sana ada Kai dan
Taemin. MC pun bertanya, “apa kekurangan teman kalian?”. Kai bilang “kekurangan
Taemin adalah tubuh pendeknya.” Dan Taeminpun tak mau kalah, ia berkata “tapi
kulitku jauh lebih putih daripada kau.” Me : kasian Kai, dimana ada Kai. Disitu
ia di bully.
Disclaimer : Do Kyungsoo milik Tuhan YME, orangtuanya, SM
Entertainment dan para fans. Shim Jaehui dan jalan cerita milik saya.
RCL nya tolong.. J
Happy Reading
***
Matahari
berjalan perlahan menuju peraduannya yang berada di timur bumi menemani suasana
hiruk pikukkota ku yang penuh kendaraan
lalu lalang menuju rumah masing-masing. Aku larut dalam kekalutan pikiranku. Ku
telusuri taman kota yang ramai pengunjung karena hari ini adalah weekend. Langkahku terhenti di depan
sebuah bangku panjang yang ada di sudut taman yang berada di pinggir sungai. Ku
hempas tubuhku di atas bangku tersebut. Lalu ku hembus kasar nafasku. Lelah,
itu yang yang kurasakan sekarang. Lelah merasa repot dengan tumpukan tugas
sekolahku yang semakin hari tak kunjung selesai.
Pandangan
kosong kutujukan ke arah aliran tenang sungai berharap aku menemukan solusi
untuk membangkitkan semangatku lagi. Tiba-tiba rintik air mulai membasahi tanah
kota ku, gerimis. Orang-orang berlarian mencari tempat teduh demi menghindari
rintikan air hujan. Berbeda denganku yang enggan beranjak dari tempat dudukku,
aku ingin menikmati hujan. Ku pejamkan mataku perlahan. Bisa kurasakan rintik
rintik itu mulai membasahi tubuhku. Biarlah, aku tidak peduli. Ku hirup kuat
aroma khas saat hujan yang sudah bertahun-tahun tak sempat kunikmati lagi.
Pikiranku mulai tenang dengan aroma dan keadaan yang sebenarnya sangat kusukai
ini. Tiba-tiba rintik-rintik itu tidak menghujam tubuhku lagi. Ku buka mataku
perlahan. Ada apa ini? Keadaan sekitar masih hujan. Kenapa aku tidak merasakan
air itu lagi?
“apa
aku memiliki kekuatan untuk mengendalikan air?” gumamku pelan.
“tentu
saja tidak, kau itu manusia biasa.” Jawab seseorang yang memiliki suara dengan
vibra yang indah di belakangku, sontak aku menoleh ke arahnya. Tampak seorang
laki-laki asing tengah memayungiku dengan payung transparan sembari tersenyum
memamerkan deretan gigi putihnya. Aku mengerenyitkan dahi, siapa dia?
“siapa
kau? Aku tak mengenalmu.” Ujarku.
“aku
Kyungsoo, Do Kyungsoo. Bagaimana denganmu?” jawabnya lalu duduk di sebelahku.
“aku
Jaehui.” Jawabku lalu kembali memandang kosong aliran sungai.
“Kenapa
kau membiarkan hujan membasahi tubuhmu? Apa kau memiliki masalah? Ceritakan
saja, aku bukan pendengar yang buruk.”
Apa
diriku benar-benar terlihat menyedihkan? Terserah saja, aku tidak peduli.
Kutatap mata Ken yang menatapku teduh. Aku merasa nyaman dan membutuhkan tempat
untuk bercerita. Mengingat orang tuaku
adalah tipe orang yang lumayan sibuk dan aku sering merasa kesepian di rumah.
Aku juga bukan tipe orang yang mudah bergaul sehingga aku tidak memiliki banyak
teman untuk bercerita. Dan kurasa, Ken adalah orang yang tepat.
“aku kehilangan
semangatku untuk bersekolah. Aku merasa lelah dengan semuanya.” Kataku pelan.
Bisa kulihat dari sudut mataku
ia tengah memandangku lekat.
“kenapa kau kehilangan
semangat untuk bersekolah? Apa kau ditinggalkan kekasihmu?”
“tidak,
aku tidak memiliki kekasih.”
“lalu?
Apa alasanmu kehilangan semangatmu?”
“entahlah,
aku merasa lelah.. dan bosan.”
“apa orang tuamu
kehilangan semangat untuk membiayai sekolahmu? Apa orangtuamu merasa lelah dan
bosan melihatmu berangkat ke sekolah?”
“tidak.”
“jadi? Kau merasa lelah
dan bosan tanpa alasan yang jelas. Itu sangat konyol.” Ujarnya dengan nada
meremehkan, menurutku.
Benar,
itu sangat konyol.Tapi mau bagaimana
lagi? Itu masalah yang sedang kuhadapi sekarang.
“sederhana saja. Kau
memikirkan masalah yang kau buat sendiri, jadi kau harus menyelesaikannya
sendiri. Untuk apa mempersulit keadaan yang sebenarnya sangat sederhana?
Semangatmu, hanya kau yang bisa membangkitkannya kembali. Bangkitkan dengan
niat kuatmu untuk melihat wajah cerah orangtua mu ketika melihat kau sukses.
Anak mana yang tak ingin membahagiakan orangtuanya? Nah, kalau begitu. Yakinkan
hatimu. Aku yakin, kau pasti bisa.”
Sekali lagi, dia benar. Sebenarnya aku yang
mempersulit keadaan. Kenapa tak terpikirkan olehku?
“tapi, semua sudah terlambat. Sebentar lagi
ujian kenaikan kelas.” Keluhku, lagi.
“tidak
ada kata terlambat. Asal kau mau berusaha? Kenapa tidak?” ku pandang wajahnya
atau lebih tepat lagi menatap manik matanya, ia tampak kikuk karena
kuperhatikan seserius itu. Kemudian senyum cerah mengembang di wajahku.
“terimakasih
Kyungsoo.” Kataku lalu tersenyum kembali.
“aku
hanya memberitahumu, tidak lebih.” Jawabnya lalu tersenyum padaku, baru
kusadari ternyata ia laki-laki yang manis. Tampaknya ia adalah seorang blasteran Jepang-Korea
“jadi, kita berteman. Oke?” ujarku lalu mengulurkan tanganku
ke arahnya. Ia tersenyum lalu menyambut uluran tanganku “oke”.
Ternyata gerimis sudah
reda. Aku harus segera pulang agar orangtuaku tak khawatir.
“hm, Kyungsoo. Aku harus
pulang. Orangtuaku sudah menunggu di rumah. Terimakasih untuk saranmu, saranmu
sangat membantu.”
“hm, baiklah. Sama-sama
Jaehui.”
“eum, bisakah kita
bertemu lagi dilain waktu?”
Ia kembali menyunggingkan
senyuman manis miliknya.
Aku
tengah memandang kosong langit kamarku yang berwarna putih. Aku memikirkan
Kyungsoo. Entahlah, semenjak pertemuan itu kata-katanya terus terngiang di telingaku.
Ku akui, sorang gadis pemalas bernama Jaehui mulai menyukai laki-laki murah
senyum dan bijak bernama Do Kyungsoo. Sudah 3 minggu kejadian itu berlalu.
Semenjak saat itu pula aku tak bertemu dengan Kyungsoo lagi, hampir tiap sore
aku duduk di bangku yang berada di sudut taman itu menunggu sembari berharap
akan bertemu dengannya lagi. Tapi, aku merasa usahaku sia-sia. Aku selalu
pulang dengan rasa kecewa karena tak bertemu dengannya. Tapi rasa kecewa itu
hilang dalam sekejap karena teringat perannya sangat besar dalam hidupku serta
senyum manis miliknya. Hitung-hitung sejak 3 minggu yang lalu.
Aku sangat berterimakasih padanya karena
akhirnya semangat belajarku mulai stabil kembali, walaupun peringkatku tidak
naik begitu pesat. Bayang senyuman manis miliknya terus menghantuiku. Aku
menyesal tak bertanya lebih jauh tentangnya seperti nomor teleponnya. Kapan aku
bisa bertemu dengannya lagi? Rindu di hatiku sudah membumbung tinggi untuknya.
Jika aku bertemu dengannya. Aku berjanji akan mengungkapkan perasaanku. Aku
janji.
Ceklek.
Terdengar
bunyi knop pintu kamarku terbuka dan ibu masuk menghampiriku, membuyarkan
lamunanku tentang Kyungsoo.
“Jaehui, ayo ganti baju.
Kita akan berziarah ke makam kakek
dan nenek. Besok sudah puasa.”
“baiklah bu.”
Aku baru ingat jika besok
para umat muslim mulai menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Ah, semoga
saja aku bisa bertemu dengannya di komplek pemakaman. Satu lagi, aku Shim
Jaehui adalah salah satu dari ratusan mungkin ribuan orang umat muslim di
Korea. Orangtuaku sangat taat beragama, begitu juga denganku.
***
Ku
ikuti langkah ibu dan ayah di depanku menyisir tanah komplek pemakaman. Sesaat
setelah tiba di makam nenek dan kakek yang kebetulan bersebelahan. Pandanganku
tertuju dengan makam baru yang tepat ada di sebelah kiri makam nenekku. Ku
sesali aku menurunkan sifat ingin tahu dari ayahku. Tapi tidak ada salahnya
jika aku tahu siapa yang tampaknya baru meninggal. Ku baca nama yang ada pada
nisannya.
Rest in Peace
Do Kyungsoo
Lahir : Tokyo, 12 Januari
1993
Wafat : Seoul, 30 Mei
2012
Perlahan
satu-persatu kristal beningku terjatuh bebas secara bergiliran. Lututku terasa
lemas tak sanggup menopang tubuhku. Aku terduduk lemas dan mulai mengeluarkan
isakan kecil. Dia, dia meninggal tepat sehari setelah aku bertemu dengannya.
Aku sudah kehilangan salah satu teman baikku. Tidak, aku sudah kehilangan
seseorang yang aku sukai. Jadi inikah yang kau maksud dengan ‘jika tuhan
berkehendak’? Aku berharap ini adalah mimpi dan ibuku membangunkanku dari mimpi
burukku. Tapi, bisa kusadari. Ini bukan mimpi.
Jadi,
inikah yang dinamakan sakit hati? Jantungku berdetak tak karuan, nafasku
memburu, leherku tercekat, nyeri yang menohok hatiku, dan lidahku kelu. Tak
sanggup untuk berbicara bahkan untuk menggerakkan bibirpun rasanya sangat
sulit.
“hai
Kyungsoo.. kenapa kita bertemu di sini? Aku tak menyangka jika kita akan
bertemu lagi. Tuhan memang mengabulkan doa ku bertemu denganmu di komplek
pemakaman, tapi sayang dunia kita sudah berbeda. Hm, terimakasih atas saranmu
waktu itu. Aku memiliki kemajuan yang pesat setelah bertemu denganmu saat itu.”
Ku
hentikan ucapanku, dadaku terasa sangat sesak. Ku hirup nafas dalam-dalam. Lalu
mencoba untuk berbicara lagi. Walaupun isakan kecil masih keluar begitu saja
dari mulutku. Haruskah aku menepati janji yang belum lama aku ucapkan?
“Dan satu lagi, aku menyukaimu. Menyukaimu
sebagai lelaki. Bukan sebagai sahabat atau istilah lainnya. Kyungsoo.. semoga
kau tenang di pangkuan-Nya.. apa kau sudah bertemu dengan kakek dan nenekku?
Jika kau bertemu dengannya. Katakan pada mereka jika kaulah yang membuat cucu
mereka yang pemalas bisa menjadi rajin. aku akan selalu mengingat jasamu. Kau
pahlawanku..”
Ku sentuh
nisan milik Kyungsoo dengan jemari ku yang bergetar hebat. Sekelebat bayang
senyumnya kembali tergambar jelas dalam memoriku. Senyuman, mata elang
miliknya. Aku menyukai semua hal yang ada pada dirinya. Terasa rintik-rintik
air mulai membasahi punggung tanganku dan nisan Kyungsoo, gerimis. Gerimis yang
mengiringi pertemuankita. Gerimis pula
yang mengiringi keharusanku untuk ikhlas melepaskanmu. Gerimis pengiring
pertemuan dan perpisahan kita.Pertemuan
singkat kita.
Fanfiction
ini saya buat atas izin Allah melalui otak saya dan disalurkan melalui
saraf-saraf tubuh saya hingga jadilan fanfiction. Mau nih ff kayak sampahpun
ini tetep ff karya saya. Jadi mohon penghargaannya berupa Reading, Like and
Comment. Gasuka? Ga usah baca!!
**
Chanyeol POV
Kang
Hyejin.. jadi inikah alasanmu memutuskan hubungan kita pada saat itu? Kemana
kau bawa janjimu untuk membuatku bahagia Hyejin? Kau membuatku menangis setelah
belum genap sehari kau membuatku tersenyum lagi. Mungkin di dunia aku memang
bukan milikmu, tapi di kehidupan selanjutnya yang abadi. Kau hanya milikku. Ku
tatap nanar nama yang ada di nisan milik yeoja yang sangat kucintai ini. Aku
benar-benar tak bisa menahan air mataku saat ini. Aku membutuhkanmu untuk
menghapus airmataku. Dan berkata “Uljima..” dengan lembut padaku.
**
Hyejin POV
Kenapa aku masih ada di dunia?
Kenapa aku belum menuju tempatku yang seharusnya? Kenapa semua ini terjadi?
Kenapa aku tak bisa merasakan hawa dingin menusuk dari salju sekarang? Aku
berteriak, kenapa tak ada yang mendengar? Kyaaaaaa. Aku tak mengerti kenapa ini
semua terjadi. Siapapun tolonglah aku.. dengan langkah gontai aku mengelilingi
taman yang menjadi tempat terakhirku bertemu dengan Chanyeol dengan wujud
manusia berharap ada yang bisa melihatku bahkan menolongku.
“itu karena kau masih memiliki janji yang seharusnya kau
tepati sebelum kau pergi, Aggashi.” Ujar satu suara asing dibelakangku, sontak
aku menoleh ke arahnya. Aku terkejut melihatnya berpenampilan sama denganku,
hanya mini dress berwarna putih pucat yang membungkus tubuhku.
“Apa maksudmu Ahjumma?”
“aku juga sama sepertimu, kita adalah arwah penasaran.”
“arwah penasaran?” tanyaku tak mengerti.
“ne, aku memiliki satu janji sebelum aku mati. Dan sampai
sekarang aku belum menepatinya. Aku rasa kau juga memiliki satu janji Agasshi.”
Satu janji? Aku rasa aku tak memiliki janji pada siapapun
kecuali.. Chanyeol. Aku berjanji ingin membahagiakannya hingga ia mati. Aaaaaa,
eottokhae? Apa Chanyeol belum merasa bahagia bersama eonnieku? Apa yang harus
kulakukan?
“begitukah? Aku rasa aku juga memiliki janji yang belum
kutepati. Kamsahamnida Ahjumma, kau sudah membantuku. Saya pergi dulu,
annyeong”
Aku berjalan dengan langkah gontai menuju bangku yang sering
ku tujui bersama Chanyeol oppa. Sekarang aku hanya duduk sendiri, aku
menangis.. apa yang harus kulakukan? Chanyeol oppa.. mianhaeyeo.. jeongmal
mianhae..
Chanyeol POV
Sekarang
aku sedang berjalan menuju bangku yang sering ku kunjungi bersama Hyejin. Saat
hampir tiba, tampak sosok wanita dengan balutan mini dress berwarna putih dan
rambut lurus sebahu sedang menangis tersedu-sedu. Aku heran melihatnya, karena
aku juga berada pada satu kondisi yang sama dengannya, aku memutuskan duduk
disebelahnya dan menangis juga. Ia heran kemudian melihat ke arah ku, Aigoo!
Itu Kang Hyejin! Bagaimana dia bisa berada disini?
“kau.. kau Kang Hyejin?”
“ne oppa.. aku Kang Hyejin.. kenapa kau bisa melihatku?”
DEG!
“bagaimana ini bisa..”
“jika kau tak percaya, coba kau sentuh aku oppa..”
Aku mengarahkan tanganku ke pundaknya, dan wusshh. Apa ini
hanya sekedar fatamorgana semata?Tubuhnya tak bisa ku sentuh.
“Hyejin.. lebih baik kau pergi jika kau hanya datang sebagai
fatamorgana padaku. Ini hanya akan membuatku semakin sedih..”
“aku menjadi arwah penasaran oppa..”
DEG!
“arwah.. arwah penasaran?”
“ne, aku belum menepati janjiku padamu..”
“janji kau akan menemaniku hingga aku mati?”
Sebagai jawaban ia hanya mengangguk pelan, kenapa ini bisa
terjadi..
“bagaimana aku menepatinya oppa? Kita berbeda..”
“bagaimana ini bisa terjadi..” tanyaku masih dengan wajah
tak percaya.
“jangan ucapkan itu lagi oppa! Ku mohon bantu aku ketempat
seharusnya aku berada!”
Aku tak menjawab pertanyaannya, bukan karena aku mengacuhkan
keinginannya. Tapi karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Aku
masih belum bisa berpikir jernih.
“saat ini aku masih belum bisa berpikir, nanti akan kubantu.
Apa kau mau ikut aku ke rumahku?” saat ini aku benar-benar ingin memeluknya,
tapi apa yang bisa ku lakukan? Menyentuhnya saja aku tidak bisa.
“baiklah aku ikut oppa..”
**
Sudah sebulan Hyejin meninggal,
tapi Hyejin belum menemukan titik terang dari masalah yang sedang dihadapinya
sekarang. Aku juga bingung ingin melakukan apa. Karena memang hatiku belum bisa
melepaskannya.
“Chanyeol, turun kebawah. Appa sudah menunggu untuk makan
malam.” Ujar eommaku dari luar kamarku.
“ne, aku segera turun.” Aku melangkahkan kakiku menuju ruang
makan, sudah sebulan ini aku memiliki seorang ‘bodyguard’ yang tidak bisa
melindungiku jika aku dalam bahaya, dia hanya menguntitku kemana-mana. Tapi aku
tidak merasa terganggu, justru aku merasa nyaman karena dia selalu berada di
sisiku.
Suasana di meja makan terasa hening, entah kenapa makan
malam kali ini terasa datar.
“Chanyeol, appa ingin mengenalkanmu pada seseorang. Appa
yakin kau tidak akan menyesal. Apa kau mau?”
“Chanyeol oppa, terima saja ne? Aku mohon.. aku mau kembali
ke alam ku sesegera mungkin..” bisik ‘bodyguard’ ku.
“apa dia seorang yeoja?” tanya ku datar.
“hmm, ne. Apa kau mau?”
“suruh saja dia ke rumah besok.” Jawabku, mau bagaimana
lagi. Ini keinginan Hyejin ku.
“baiklah.”
“bagus oppa! Kau harus semangat ne? Fighting!” bisiknya
lagi, aku hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya.
**
“Chanyeol, coba kau lihat gadis itu.” Bisik eomma ku, ku
torehkan kepala ku menuju pintu masuk rumahku begitupun dengan Hyejin. Aigoo!
Gadis itu, wajahnya sangat mirip dengan Hyejin. Apa ini reinkarnasi? Ku alihkan
pandanganku menuju Hyejin, ia juga tampak sangat shock melihat yeoja yang lebih
mirip dengannya dibandingkan dengan kembaran kandungnya sendiri. Sepertinya aku
harus segera melepasmu Hyejin.
“Annyeonghaseo, Cho Hyunmi imnida..” leherku tercekat mendengar
suara, bahkan suaranya juga sangat mirip dengan suara Hyejin.
“ahh.. Park Chanyeol imnida.. silahkan masuk”
“ehm, Chanyeol-ssi. Aku dengan dari Park Ahjussi, taman di
rumah ini sangat indah. Bisakah kau membawaku kesana?”
“tentu saja Chanyeol bisa, ayo Chanyeol cepat antar dia”
ucap eomma kemudian mengerlingkan matanya padaku. Aisshh, ada-ada saja rencana
orang tua ini. Tapi aku tertarik dengan gadis ini, ku lihat di sudut ruang tamu
tampak sosok Hyejin tersenyum senang yang lebih terlihat dipaksakan. Apa dia
cemburu? Kekekekeke~
“eum, baiklah.” Jawabku.
...
“wahh.. taman ini memang sangat indah.. bolehkah aku
memanjat pohon apel itu? Buahnya sangat menggiurkan.” Ucapnya lalu mendecakkan
saliva nya pertanda ia sangat menginginkan buah apel itu. Itu kebiasaan Hyejin
ketika ia berkunjung ke rumahku, memanjat pohon apel, memakan buah sepuasnya,
kemudian tertidur di atas pohon itu.
“eh? Kau wanita, biar aku saja yang mengambilnya..” cegahku.
“eitts, ku mohon.. shuutt sebenarnya di rumahku juga ada
banyak pohon apel. Tapi di rumahku aku dilarang memanjatnya. Jadi aku mohon
Chanyeol-ssi..” pintanya sambil memelas, Aigoo~ wajahnya sangat identik dengan
Hyejin.
“Shirreo!” jawabku lantang.
“yak! Namja Ramyun, aku mohon..”
“eh? Namja Ramyun katamu?”
“ne, rambutmu sangat keriting, seperti ramyun. Aku jadi
lapar jika mengingat ramyun. HAHAHAHAHA”
Aigoo~ entah sudah berapa kali aku menyebutnya. Bahkan
sampai kikikan tawanya mirip dengan Hyejin.
“yakk! Neo.. Kecebong betina!”
“eing? Kecebong betina katamu? APA AKU SEBURUK ITU HINGGA
AKU TERLIHAT SEPERTI KECEBONG BETINA EOH?!”
“BUAHAHAHAHAHAHA. Kau sangat lucu kecebong betina.
Hahahahaha”
Aku tak bisa menahan tawaku, selama satu bulan terakhir ahh
anni, selama hampir 3 bulan terakhir aku belum pernah tertawa selepas ini.
Mulutku terbuka lebar dan mataku menyipit sehingga tidak bisa melihat ekspresi
seperti apa yang terlihat sekarang.
BLUUKK!
Tiba-tiba kecebong betina ini memasukkan apel ke dalam
mulutku, yak! Bagaimana ini? Sangat susah mengeluarkan apelnya. Dasar kecebong
betina!
“BUAHAHAHAHAHA, rasakan itu. HAHAHAHAHAHA”
Hyejin POV
Aku
merasa sangat senang melihatmu tertawa oppa.. apa lagi jika yang tertawa
bersamamu adalah yeoja yang lebih terlihat seperti diriku 100%. aku rasa tak
perlu berlama lama lagi disini^^
Tapi, mengenai Hyunmi. Apa mitos reinkarnasi itu memang
benar-benar ada? Leluhur korea sangat percaya jika seseorang yang sudah mati
akan digantikan oleh orang yang sangat identik dengannya di dunia. Apa itu
benar? Aishh, molla.
Hyunmi POV
Aku
sangat nyaman seperti ini, tertawa bersama orang yang baru ku kenal. Atau lebih
tepatnya dia calon suamiku. Tapi ada hal aneh yang sedikit menggangguku.
Daritadi aku melihat yeoja yang sangat mirip denganku menggunakan dress
selutut. Dia melihatku bersama namja ramyun dengan senyum bahagia, atau lebih
terlihat sebagai senyuman tersiksa.
“hmm.. namja ramyun. Siapa yeoja yang duduk di bangku itu?
Apa dia noonamu?” tanyaku.
“hmm, tentu. Tunggu disini ne? Jangan bergerak sedikitpun.
Arra?”
“ne, arraseo”
Setelah memastikan tak ada lagi namja ramyun, aku
menghampiri yeoja itu.
“annyeong Agasshi” sapaku kemudian tersenyum ramah.
Hyejin POV
“kau.. kau bisa melihatku?” tanyaku tak percaya.
“ne, waeyo?”
“hmm.. aku bukan manusia Agasshi..”
“apa maksudmu?” tanyanya lalu duduk di bangku sebelahku yang
kosong, sepertinya dia yeoja yang baik.
“aku.. aku adalah seorang arwah..” jawabku dengan pandangan
kosong.
“begitukah? Kenapa kau tampak sangat murung Agasshi?”
“namaku Hyejin, Kang Hyejin. Usia ku 22 tahun.” Ujarku tanpa
menjawab pertanyaannya, jujur aku sedikit terkejut dengan reaksinya, ia tampak
santai-santai saja dengan kata ‘arwah’.
“Hyejin eonnie, usiaku 20 tahun. Aku Cho Hyunmi.
Bangapseumnida..”
“ne, na do..”
“hmm.. kenapa kau bisa berada di sini eonnie?”
“aku baru meninggal 1 bulan yang lalu.”
“1 bulan yang lalu? Karena apa?”
“Kanker hati.. itu penyakitku sejak lahir..”
“aku turut berduka eonnie, tapi ada hal apa sehingga kau
bisa sampai di rumah namja ramyun, errr maksudku chanyeol oppa? Dan wajahmu
juga sangat mirip denganku eonnie.”
“dia mantan kekasihku. Ada satu janji yang belum kutepati
padanya sehingga aku tidak bisa ke tempat dimana seharusnya aku berada. Nan
molla, aku juga tidak tahu. Tapi apa kau percaya reinkarnasi?”
“eh? reinkarnasi? Seseorang yang memiliki fisik dan sifat
yang sama dengan orang yang sudah tidak tidak hidup lagi?”
“ne, kau benar. Aku rasa kau adalah reinkarnasi dari diriku.
Apa kau merasakannya? Chanyeol mudah dekat denganmu.”
“hmm.. mungkin karena aku mengingatkannya tentangmu eonnie”
“apa kau menyukainya?” tanyaku, jantungku berdetak tak
karuan menunggu jawabannya.
“molla.. tapi sepertinya iya.”
“hmm, baguslah. Apa kau bisa membantuku? Membantuku menepati
janjiku pada Chanyeol?” tanya ku.
“eh ? membantumu? Apa yang harus kulakukan eonnie?”
“Chanyeol juga menyukaimu, aku bisa merasakannya. Segera lah
menikah dengannya dan buat ia bahagia. Aku merasa tak nyaman berada di tempat
yang seharusnya tidak ku tinggali..”
“hmm..”
“apa kau mau..”
“baiklah aku akan mencobanya..”
“gomapta Hyunmi..”
“ne, cheonmaneyo eonnie..”
“tapi, kau harus berjanji padaku, berpura-puralah jika kau
tak bisa melihatku. Janji?” ujarku lalu mengacungkan jari kelingking ku.
“janji” jawabnya sambli tersenyum lalu mencoba untuk
mengaitkan jari kelingkingnya denganku. Walaupun ia sedikit terkejut karena
tubuhku tak bisa ia pegang, dia tak mengurangi senyuman di wajahnya. Melihat
yeoja ini, aku merasa seperti melihat diriku di sebuah kaca.
**
Author POV
“bagaimana dengan Hyunmi? Kau menyukainya?” tanya tuan Park.
“ne, appa. Waeyo?”
“bagus kalau begitu. Seminggu lagi kalian akan menikah”
“eh? Menikah? Kenapa secepat itu?”
“untuk apa kau menolak? Dia sangat mirip dengan mantan calon
menantuku yang sudah meninggal itu.”
“appa...”
“aku tak terima penolakan, aku yakin kau pasti akan
mencintainya seperti kau mencintai Hyejin. Aku tak sanggup melihatmu
tersiksa..”
“eum. Baiklah..” jawab Chanyeol.
“anak yang baik.” Ujar Tuan Park lalu menepuk pundak anak
semata wayangnya.
**
“oppa, besok kau akan menikah. Bisakah hari ini kita
berkencan?” pinta Hyejin.
“tentu saja.” Jawab Chanyeol lalu tersenyum.
**
“kita akan kemana?” tanya Chanyeol.
“eum, ke Namsan Park dulu ne?”
“baiklah.”
“eum, oppa. Apa kau senang karena kau akan segera menikah?”
“senang, hanya sedikit.” Jawab Chanyeol.
“oppa, bawa mobilnya pelan-pelan. Jalan ke bukit Namsan
sedikit rawan kecelakaan.”
“aish kau ini, jika aku selamat aku akan menikah. Dan jika
tidak? Aku akan bersamamu. Itu bukan pilihan yang sulit.”
“oppa..”
“shhutt, diam.”
...
“oppa, sebenarnya ketika terakhir kali kita berkencan
sewaktu aku masih manusia, ada hal yang ingin aku tunjukan padamu di bukit yang
ada di dekat sini. Tapi waktu itu kepala ku sangat sakit jadi aku
membatalkannya, dan hari ini aku ingin menunjukkannya padamu.”
“baiklah. Hyejin-ah, aku haus. Aku beli minum dulu ne?” ujar
Chanyeol.
“eum, aku ikut.”
“baiklah.”
“oppa, hati-hati menyebrang jalan. Aku tidak masalah jika di
tabrak.” Ujar Hyejin.
“hahaha, tenang saja. Aku bukan anak kecil.”
...
Tiba-tiba pikiran usil menghantui Hyejin. Dengan tampang
cengengesan ia menatap seekor kucing yang berada di dekat mereka. Chanyeol
adalah seorang phobia kucing.
“jika aku menakutinya, ini pasti akan lucu. Wkwkwkwk” pikir
Hyejin.
“oppa! Ada kucing!” pekik Hyejin.
“KUCING?!! Kyaaaaaa” Chanyeol terpekik lalu berlari menuju
jalan. Hyejin yang awalnya tertawa puas seketika terdiam ketika melihat sebuah
mobil melaju kencang disaat Chanyeol akan menyebrang jalan. Dan keberadaan
mobil tersebut tidak disadari oleh Chanyeol.
“oppaaaa!”
BRUKK!
Tubuh Chanyeol terpental sejauh 10 meter dan kepalanya
mengeluarkan banyak darah. Semua orang yang ada mengerumuninya termasuk Hyejin.
“oppa..” gumam Hyejin, kemudian ia tersentak ketika merasa
ada seseorang yang menyentuh pundaknya.
“apa Hyejin?” tanya Chanyeol sembari tersenyum, tak terlihat
darah apapun di wajahnya seperti tubuh Chanyeol yang tengah terkulai tak
berdaya di pinggir jalan.
“oppa.. ka.. kau..”
“ne, aku sama sepertimu. Lihat? Aku sudah bisa mengelus
rambutmu, menyentuh wajahmu. Bolehkah aku memelukmu?” tanya Chanyeol.
“oppa..”
GREP!
“lihat, aku sudah bisa memelukmu. Eum, ayo kita pergi ke
bukit itu. Aku penasaran dengan apa yang ingin kau tunjukkan.” Bisik Chanyeol.
“tapi.. bagaimana dengan tubuhmu?”
“di dompetku ada kartu identitas milikku. Mereka pasti bisa
mengembalikannya ke rumahku, kajja kita kesana. Chaggi..” pelas Chanyeol.
“eum, kita berjalan di sekitar sini saja dulu oppa. Kita
akan kesana saat jam 5 sore.”
“eum, baiklah.”
“bagaimana dengan Hyunmi?” tanya Hyejin lagi.
“terserah. Yang penting aku bisa bersamamu.”
...
“whooaaa, ini tempat yang indah chaggi.” Puji Chanyeol.
“benar, kita bisa melihat Seoul dari atas sini.”
“iya, dan sebentar lagi akan ada sunset. Pasti akan lebih
indah.”
“benar oppa.”
“eum, Hyejin-ah.”
“wae oppa?”
“eum, kau meninggal karena apa?”
“haruskah aku memberitahumu?”
“tentu saja, aku mohon..”
“aku penderita kanker hati oppa..”
“kanker hati?”
“benar.”
“lalu kenapa kau tak memberitahu tentang hal itu padaku?”
“aku tak ingin membuatmu terbebani, oppa.”
“tsk kau ini, ini bukan drama, Hyejin-ah.”
“ne, aku tahu. Mianhae oppa..”
“kwaenchanayo..”
“hmm, oppa..”
“hm?”
“sekarang kau milikku selamanya, biarlah kita yang menjadi
‘penunggu’ di bukit ini bersama. Pasti akan menyenangkan. Kita akan mengganggu
orang yang sedang berpacaran di sini, oppa. hahaha”
“tentu saja, kita akan menjadi ‘penunggu’ di sini. Eum,
Hyejin-ah. Apa arwah bisa memiliki anak?”
PLETAK!
“yakk! Kenapa kau memukul jidatku?!”
“dasar namja mesum! Shirreo, aku tak mau punya anak.”
“kenapa?”
“aku tak mau punya saingan. Harus aku seorang diri yang ada
disini, dihatimu. Arratchi?”