Translate

Selasa, 13 November 2012

Fanfiction : Just You (Sequel The Greatest Love)

Just You
(Sequel The Greatest Love)
Author : Annisa Noranda Barezky
Genre : Sad, Romance.
Rating : +13
Main Cast :          1. Park Chanyeol
                                2. Cho Hyunmi
                                3. Kang Hyejin
                                4. Kang Hyena
                                5. find by your self J
Disclaimer :
                Fanfiction ini saya buat atas izin Allah melalui otak saya dan disalurkan melalui saraf-saraf tubuh saya hingga jadilan fanfiction. Mau nih ff kayak sampahpun ini tetep ff karya saya. Jadi mohon penghargaannya berupa Reading, Like and Comment. Gasuka? Ga usah baca!!
**
Chanyeol POV
                Kang Hyejin.. jadi inikah alasanmu memutuskan hubungan kita pada saat itu? Kemana kau bawa janjimu untuk membuatku bahagia Hyejin? Kau membuatku menangis setelah belum genap sehari kau membuatku tersenyum lagi. Mungkin di dunia aku memang bukan milikmu, tapi di kehidupan selanjutnya yang abadi. Kau hanya milikku. Ku tatap nanar nama yang ada di nisan milik yeoja yang sangat kucintai ini. Aku benar-benar tak bisa menahan air mataku saat ini. Aku membutuhkanmu untuk menghapus airmataku. Dan berkata “Uljima..” dengan lembut padaku.
**

Hyejin POV
               
Kenapa aku masih ada di dunia? Kenapa aku belum menuju tempatku yang seharusnya? Kenapa semua ini terjadi? Kenapa aku tak bisa merasakan hawa dingin menusuk dari salju sekarang? Aku berteriak, kenapa tak ada yang mendengar? Kyaaaaaa. Aku tak mengerti kenapa ini semua terjadi. Siapapun tolonglah aku.. dengan langkah gontai aku mengelilingi taman yang menjadi tempat terakhirku bertemu dengan Chanyeol dengan wujud manusia berharap ada yang bisa melihatku bahkan menolongku.
“itu karena kau masih memiliki janji yang seharusnya kau tepati sebelum kau pergi, Aggashi.” Ujar satu suara asing dibelakangku, sontak aku menoleh ke arahnya. Aku terkejut melihatnya berpenampilan sama denganku, hanya mini dress berwarna putih pucat yang membungkus tubuhku.
“Apa maksudmu Ahjumma?”
“aku juga sama sepertimu, kita adalah arwah penasaran.”
“arwah penasaran?” tanyaku tak mengerti.
“ne, aku memiliki satu janji sebelum aku mati. Dan sampai sekarang aku belum menepatinya. Aku rasa kau juga memiliki satu janji Agasshi.”

Satu janji? Aku rasa aku tak memiliki janji pada siapapun kecuali.. Chanyeol. Aku berjanji ingin membahagiakannya hingga ia mati. Aaaaaa, eottokhae? Apa Chanyeol belum merasa bahagia bersama eonnieku? Apa yang harus kulakukan?
“begitukah? Aku rasa aku juga memiliki janji yang belum kutepati. Kamsahamnida Ahjumma, kau sudah membantuku. Saya pergi dulu, annyeong”

Aku berjalan dengan langkah gontai menuju bangku yang sering ku tujui bersama Chanyeol oppa. Sekarang aku hanya duduk sendiri, aku menangis.. apa yang harus kulakukan? Chanyeol oppa.. mianhaeyeo.. jeongmal mianhae..

Chanyeol POV

                Sekarang aku sedang berjalan menuju bangku yang sering ku kunjungi bersama Hyejin. Saat hampir tiba, tampak sosok wanita dengan balutan mini dress berwarna putih dan rambut lurus sebahu sedang menangis tersedu-sedu. Aku heran melihatnya, karena aku juga berada pada satu kondisi yang sama dengannya, aku memutuskan duduk disebelahnya dan menangis juga. Ia heran kemudian melihat ke arah ku, Aigoo! Itu Kang Hyejin! Bagaimana dia bisa berada disini?
“kau.. kau Kang Hyejin?”
“ne oppa.. aku Kang Hyejin.. kenapa kau bisa melihatku?”
DEG!
“bagaimana ini bisa..”
“jika kau tak percaya, coba kau sentuh aku oppa..”
Aku mengarahkan tanganku ke pundaknya, dan wusshh. Apa ini hanya sekedar fatamorgana semata?  Tubuhnya tak bisa ku sentuh.
“Hyejin.. lebih baik kau pergi jika kau hanya datang sebagai fatamorgana padaku. Ini hanya akan membuatku semakin sedih..”
“aku menjadi arwah penasaran oppa..”
DEG!
“arwah.. arwah penasaran?”
“ne, aku belum menepati janjiku padamu..”
“janji kau akan menemaniku hingga aku mati?”
Sebagai jawaban ia hanya mengangguk pelan, kenapa ini bisa terjadi..
“bagaimana aku menepatinya oppa? Kita berbeda..”
“bagaimana ini bisa terjadi..” tanyaku masih dengan wajah tak percaya.
“jangan ucapkan itu lagi oppa! Ku mohon bantu aku ketempat seharusnya aku berada!”
Aku tak menjawab pertanyaannya, bukan karena aku mengacuhkan keinginannya. Tapi karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Aku masih belum bisa berpikir jernih.
“saat ini aku masih belum bisa berpikir, nanti akan kubantu. Apa kau mau ikut aku ke rumahku?” saat ini aku benar-benar ingin memeluknya, tapi apa yang bisa ku lakukan? Menyentuhnya saja aku tidak bisa.
“baiklah aku ikut oppa..”
**
Sudah sebulan Hyejin meninggal, tapi Hyejin belum menemukan titik terang dari masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Aku juga bingung ingin melakukan apa. Karena memang hatiku belum bisa melepaskannya.
“Chanyeol, turun kebawah. Appa sudah menunggu untuk makan malam.” Ujar eommaku dari luar kamarku.
“ne, aku segera turun.” Aku melangkahkan kakiku menuju ruang makan, sudah sebulan ini aku memiliki seorang ‘bodyguard’ yang tidak bisa melindungiku jika aku dalam bahaya, dia hanya menguntitku kemana-mana. Tapi aku tidak merasa terganggu, justru aku merasa nyaman karena dia selalu berada di sisiku.
Suasana di meja makan terasa hening, entah kenapa makan malam kali ini terasa datar.
“Chanyeol, appa ingin mengenalkanmu pada seseorang. Appa yakin kau tidak akan menyesal. Apa kau mau?”
“Chanyeol oppa, terima saja ne? Aku mohon.. aku mau kembali ke alam ku sesegera mungkin..” bisik ‘bodyguard’ ku.
“apa dia seorang yeoja?” tanya ku datar.
“hmm, ne. Apa kau mau?”
“suruh saja dia ke rumah besok.” Jawabku, mau bagaimana lagi. Ini keinginan Hyejin ku.
“baiklah.”
“bagus oppa! Kau harus semangat ne? Fighting!” bisiknya lagi, aku hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya.
**
“Chanyeol, coba kau lihat gadis itu.” Bisik eomma ku, ku torehkan kepala ku menuju pintu masuk rumahku begitupun dengan Hyejin. Aigoo! Gadis itu, wajahnya sangat mirip dengan Hyejin. Apa ini reinkarnasi? Ku alihkan pandanganku menuju Hyejin, ia juga tampak sangat shock melihat yeoja yang lebih mirip dengannya dibandingkan dengan kembaran kandungnya sendiri. Sepertinya aku harus segera melepasmu Hyejin.
“Annyeonghaseo, Cho Hyunmi imnida..” leherku tercekat mendengar suara, bahkan suaranya juga sangat mirip dengan suara Hyejin.
“ahh.. Park Chanyeol imnida.. silahkan masuk”
“ehm, Chanyeol-ssi. Aku dengan dari Park Ahjussi, taman di rumah ini sangat indah. Bisakah kau membawaku kesana?”
“tentu saja Chanyeol bisa, ayo Chanyeol cepat antar dia” ucap eomma kemudian mengerlingkan matanya padaku. Aisshh, ada-ada saja rencana orang tua ini. Tapi aku tertarik dengan gadis ini, ku lihat di sudut ruang tamu tampak sosok Hyejin tersenyum senang yang lebih terlihat dipaksakan. Apa dia cemburu? Kekekekeke~
“eum, baiklah.” Jawabku.
...
“wahh.. taman ini memang sangat indah.. bolehkah aku memanjat pohon apel itu? Buahnya sangat menggiurkan.” Ucapnya lalu mendecakkan saliva nya pertanda ia sangat menginginkan buah apel itu. Itu kebiasaan Hyejin ketika ia berkunjung ke rumahku, memanjat pohon apel, memakan buah sepuasnya, kemudian tertidur di atas pohon itu.
“eh? Kau wanita, biar aku saja yang mengambilnya..” cegahku.
“eitts, ku mohon.. shuutt sebenarnya di rumahku juga ada banyak pohon apel. Tapi di rumahku aku dilarang memanjatnya. Jadi aku mohon Chanyeol-ssi..” pintanya sambil memelas, Aigoo~ wajahnya sangat identik dengan Hyejin.
“Shirreo!” jawabku lantang.
“yak! Namja Ramyun, aku mohon..”
“eh? Namja Ramyun katamu?”
“ne, rambutmu sangat keriting, seperti ramyun. Aku jadi lapar jika mengingat ramyun. HAHAHAHAHA”
Aigoo~ entah sudah berapa kali aku menyebutnya. Bahkan sampai kikikan tawanya mirip dengan Hyejin.
“yakk! Neo.. Kecebong betina!”
“eing? Kecebong betina katamu? APA AKU SEBURUK ITU HINGGA AKU TERLIHAT SEPERTI KECEBONG BETINA EOH?!”
“BUAHAHAHAHAHAHA. Kau sangat lucu kecebong betina. Hahahahaha”
Aku tak bisa menahan tawaku, selama satu bulan terakhir ahh anni, selama hampir 3 bulan terakhir aku belum pernah tertawa selepas ini. Mulutku terbuka lebar dan mataku menyipit sehingga tidak bisa melihat ekspresi seperti apa yang terlihat sekarang.
BLUUKK!
Tiba-tiba kecebong betina ini memasukkan apel ke dalam mulutku, yak! Bagaimana ini? Sangat susah mengeluarkan apelnya. Dasar kecebong betina!
“BUAHAHAHAHAHA, rasakan itu. HAHAHAHAHAHA”

Hyejin POV
                Aku merasa sangat senang melihatmu tertawa oppa.. apa lagi jika yang tertawa bersamamu adalah yeoja yang lebih terlihat seperti diriku 100%. aku rasa tak perlu berlama lama lagi disini^^
Tapi, mengenai Hyunmi. Apa mitos reinkarnasi itu memang benar-benar ada? Leluhur korea sangat percaya jika seseorang yang sudah mati akan digantikan oleh orang yang sangat identik dengannya di dunia. Apa itu benar? Aishh, molla.

Hyunmi POV
                Aku sangat nyaman seperti ini, tertawa bersama orang yang baru ku kenal. Atau lebih tepatnya dia calon suamiku. Tapi ada hal aneh yang sedikit menggangguku. Daritadi aku melihat yeoja yang sangat mirip denganku menggunakan dress selutut. Dia melihatku bersama namja ramyun dengan senyum bahagia, atau lebih terlihat sebagai senyuman tersiksa.
“hmm.. namja ramyun. Siapa yeoja yang duduk di bangku itu? Apa dia noonamu?” tanyaku.
“kau melihatnya?”
“ne, waeyo?”
“ahh, anni..” sepertinya ada yang ia sembunyikan.
“aku haus, bisakah kau mengabil minuman untukku?” tanyaku.
“hmm, tentu. Tunggu disini ne? Jangan bergerak sedikitpun. Arra?”
“ne, arraseo”
Setelah memastikan tak ada lagi namja ramyun, aku menghampiri yeoja itu.
“annyeong Agasshi” sapaku kemudian tersenyum ramah.

Hyejin POV
“kau.. kau bisa melihatku?” tanyaku tak percaya.
“ne, waeyo?”
“hmm.. aku bukan manusia Agasshi..”
“apa maksudmu?” tanyanya lalu duduk di bangku sebelahku yang kosong, sepertinya dia yeoja yang baik.
“aku.. aku adalah seorang arwah..” jawabku dengan pandangan kosong.
“begitukah? Kenapa kau tampak sangat murung Agasshi?”
“namaku Hyejin, Kang Hyejin. Usia ku 22 tahun.” Ujarku tanpa menjawab pertanyaannya, jujur aku sedikit terkejut dengan reaksinya, ia tampak santai-santai saja dengan kata ‘arwah’.
“Hyejin eonnie, usiaku 20 tahun. Aku Cho Hyunmi. Bangapseumnida..”
“ne, na do..”
“hmm.. kenapa kau bisa berada di sini eonnie?”
“aku baru meninggal 1 bulan yang lalu.”
“1 bulan yang lalu? Karena apa?”
“Kanker hati.. itu penyakitku sejak lahir..”
“aku turut berduka eonnie, tapi ada hal apa sehingga kau bisa sampai di rumah namja ramyun, errr maksudku chanyeol oppa? Dan wajahmu juga sangat mirip denganku eonnie.”
“dia mantan kekasihku. Ada satu janji yang belum kutepati padanya sehingga aku tidak bisa ke tempat dimana seharusnya aku berada. Nan molla, aku juga tidak tahu. Tapi apa kau percaya reinkarnasi?”
“eh? reinkarnasi? Seseorang yang memiliki fisik dan sifat yang sama dengan orang yang sudah tidak tidak hidup lagi?”
“ne, kau benar. Aku rasa kau adalah reinkarnasi dari diriku. Apa kau merasakannya? Chanyeol mudah dekat denganmu.”
“hmm.. mungkin karena aku mengingatkannya tentangmu eonnie”
“apa kau menyukainya?” tanyaku, jantungku berdetak tak karuan menunggu jawabannya.
“molla.. tapi sepertinya iya.”
“hmm, baguslah. Apa kau bisa membantuku? Membantuku menepati janjiku pada Chanyeol?” tanya ku.
“eh ? membantumu? Apa yang harus kulakukan eonnie?”
“Chanyeol juga menyukaimu, aku bisa merasakannya. Segera lah menikah dengannya dan buat ia bahagia. Aku merasa tak nyaman berada di tempat yang seharusnya tidak ku tinggali..”
“hmm..”
“apa kau mau..”
“baiklah aku akan mencobanya..”
“gomapta Hyunmi..”
“ne, cheonmaneyo eonnie..”
“tapi, kau harus berjanji padaku, berpura-puralah jika kau tak bisa melihatku. Janji?” ujarku lalu mengacungkan jari kelingking ku.
“janji” jawabnya sambli tersenyum lalu mencoba untuk mengaitkan jari kelingkingnya denganku. Walaupun ia sedikit terkejut karena tubuhku tak bisa ia pegang, dia tak mengurangi senyuman di wajahnya. Melihat yeoja ini, aku merasa seperti melihat diriku di sebuah kaca.
**
Author POV
“bagaimana dengan Hyunmi? Kau menyukainya?” tanya tuan Park.
“ne, appa. Waeyo?”
“bagus kalau begitu. Seminggu lagi kalian akan menikah”
“eh? Menikah? Kenapa secepat itu?”
“untuk apa kau menolak? Dia sangat mirip dengan mantan calon menantuku yang sudah meninggal itu.”
“appa...”
“aku tak terima penolakan, aku yakin kau pasti akan mencintainya seperti kau mencintai Hyejin. Aku tak sanggup melihatmu tersiksa..”
“eum. Baiklah..” jawab Chanyeol.
“anak yang baik.” Ujar Tuan Park lalu menepuk pundak anak semata wayangnya.
**
“oppa, besok kau akan menikah. Bisakah hari ini kita berkencan?” pinta Hyejin.
“tentu saja.” Jawab Chanyeol lalu tersenyum.
**
“kita akan kemana?” tanya Chanyeol.
“eum, ke Namsan Park dulu ne?”
“baiklah.”
“eum, oppa. Apa kau senang karena kau akan segera menikah?”
“senang, hanya sedikit.” Jawab Chanyeol.
“oppa, bawa mobilnya pelan-pelan. Jalan ke bukit Namsan sedikit rawan kecelakaan.”
“aish kau ini, jika aku selamat aku akan menikah. Dan jika tidak? Aku akan bersamamu. Itu bukan pilihan yang sulit.”
“oppa..”
“shhutt, diam.”
...
“oppa, sebenarnya ketika terakhir kali kita berkencan sewaktu aku masih manusia, ada hal yang ingin aku tunjukan padamu di bukit yang ada di dekat sini. Tapi waktu itu kepala ku sangat sakit jadi aku membatalkannya, dan hari ini aku ingin menunjukkannya padamu.”
“baiklah. Hyejin-ah, aku haus. Aku beli minum dulu ne?” ujar Chanyeol.
“eum, aku ikut.”
“baiklah.”
“oppa, hati-hati menyebrang jalan. Aku tidak masalah jika di tabrak.” Ujar Hyejin.
“hahaha, tenang saja. Aku bukan anak kecil.”
...
Tiba-tiba pikiran usil menghantui Hyejin. Dengan tampang cengengesan ia menatap seekor kucing yang berada di dekat mereka. Chanyeol adalah seorang phobia kucing.
“jika aku menakutinya, ini pasti akan lucu. Wkwkwkwk” pikir Hyejin.
“oppa! Ada kucing!” pekik Hyejin.
“KUCING?!! Kyaaaaaa” Chanyeol terpekik lalu berlari menuju jalan. Hyejin yang awalnya tertawa puas seketika terdiam ketika melihat sebuah mobil melaju kencang disaat Chanyeol akan menyebrang jalan. Dan keberadaan mobil tersebut tidak disadari oleh Chanyeol.
“oppaaaa!”
BRUKK!
Tubuh Chanyeol terpental sejauh 10 meter dan kepalanya mengeluarkan banyak darah. Semua orang yang ada mengerumuninya termasuk Hyejin.
“oppa..” gumam Hyejin, kemudian ia tersentak ketika merasa ada seseorang yang menyentuh pundaknya.
“apa Hyejin?” tanya Chanyeol sembari tersenyum, tak terlihat darah apapun di wajahnya seperti tubuh Chanyeol yang tengah terkulai tak berdaya di pinggir jalan.
“oppa.. ka.. kau..”
“ne, aku sama sepertimu. Lihat? Aku sudah bisa mengelus rambutmu, menyentuh wajahmu. Bolehkah aku memelukmu?” tanya Chanyeol.
“oppa..”
GREP!
“lihat, aku sudah bisa memelukmu. Eum, ayo kita pergi ke bukit itu. Aku penasaran dengan apa yang ingin kau tunjukkan.” Bisik Chanyeol.
“tapi.. bagaimana dengan tubuhmu?”
“di dompetku ada kartu identitas milikku. Mereka pasti bisa mengembalikannya ke rumahku, kajja kita kesana. Chaggi..” pelas Chanyeol.
“eum, kita berjalan di sekitar sini saja dulu oppa. Kita akan kesana saat jam 5 sore.”
“eum, baiklah.”
“bagaimana dengan Hyunmi?” tanya Hyejin lagi.
“terserah. Yang penting aku bisa bersamamu.”
...
“whooaaa, ini tempat yang indah chaggi.” Puji Chanyeol.
“benar, kita bisa melihat Seoul dari atas sini.”
“iya, dan sebentar lagi akan ada sunset. Pasti akan lebih indah.”
“benar oppa.”
“eum, Hyejin-ah.”
“wae oppa?”
“eum, kau meninggal karena apa?”
“haruskah aku memberitahumu?”
“tentu saja, aku mohon..”
“aku penderita kanker hati oppa..”
“kanker hati?”
“benar.”
“lalu kenapa kau tak memberitahu tentang hal itu padaku?”
“aku tak ingin membuatmu terbebani, oppa.”
“tsk kau ini, ini bukan drama, Hyejin-ah.”
“ne, aku tahu. Mianhae oppa..”
“kwaenchanayo..”
“hmm, oppa..”
“hm?”
“sekarang kau milikku selamanya, biarlah kita yang menjadi ‘penunggu’ di bukit ini bersama. Pasti akan menyenangkan. Kita akan mengganggu orang yang sedang berpacaran di sini, oppa. hahaha”
“tentu saja, kita akan menjadi ‘penunggu’ di sini. Eum, Hyejin-ah. Apa arwah bisa memiliki anak?”
PLETAK!
“yakk! Kenapa kau memukul jidatku?!”
“dasar namja mesum! Shirreo, aku tak mau punya anak.”
“kenapa?”
“aku tak mau punya saingan. Harus aku seorang diri yang ada disini, dihatimu. Arratchi?”
“ne, arraseo.”
“saranghae oppa..”
“na do saranghae, Hyejin-ah..”
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar