Translate

Minggu, 20 Januari 2013

That XX Part 2 (END)


That XX (Twoshoot) | Part 2 END
Author : Whirlwind~[Trainee]
Akun fb : Annisa Noranda Barezky
Length : part 2 chap 4-5
Main Cast :
1.       Kim Ranbyul
2.       Huang Zi Tao
3.       Oh Sehun
4.       Yoon Jaehui
5.       And other cast.
Genre : Friendship, Romance, sad.
Rating : PG 13
Disclaimer : sejelek-jeleknya ni ff, tetep aja ni ff hasil karya ku. don’t bash. Saya terima komentar pedas tapi bukan bash. And don’t be silent readers oke?

                -Chap sebelumnya-
‘na do saranghae? Jadi mereka benar-benar pacaran? Atau aku yang salah deng-‘ gumaman Tao terhenti tatkala melihat namja lain mencium bibir gadis yang begitu ia cintai. Mata pandanya tak sanggup berkedip barang sedikitpun karena tak ingin menyianyiakan pemandangan yang menyakitkan ini.

Hingga akhirnya namja itu melepas ciumannya yang diyakini oleh Tao adalah ciuman perpisahan untuk kekasih. Tentu saja, Teman laki-laki mana yang berani mencium bibir temannya? Jika adapun, itu akan sangat jarang terjadi. Terlebih Tao merasakan atmosfer cinta yang menyeruak keluar dari perlakuan dua orang yang ia perhatikan.

Tuhan.. Salahkah aku jika aku menyukai sahabatku sendiri? Mencintai sahabatku sendiri? Apa salahku? Apa aku telah membuat sebuah kesalahan besar hingga kau menghukumku dengan cara seperti ini? Entahlah, terlalu banyak tanya yang meledak-ledak dibenakku.Tapi sudahlah.. Aku menyerah dan aku mengaku kalah.. Aku, seorang sahabat yang sudah 4 tahun dekat dengan Ranbyul. Kalah dengan seorang namja yang bahkan belum genap seminggu berkenalan dengan Ranbyul. Sedahsyat apa skenario pertemuan mereka hingga mereka bisa saling jatuh cinta? Apa aku bisa meminta time machine dan meminta skenario itu untukku dan Ranbyul? Aku menyesal.. Aku pengecut.. Tuhan, aku akan menerima kutukan ini.. Tapi, aku ingin jangan ada air mata yang tumpah dari mata indahnya.. Yakinkan aku jika kau sudah mengirim orang terbaik untuknya.. biarlah aku yang tersakiti, aku yang tersiksa. Aku hanya akan mencintainya dalam diam.. dalam diam..


Story Begin~
Chapter 4 : Heartquake
Ranbyul POV
               
 Apa yang harus kukatakan untuk mengajak Sehun? Mengajaknya duet untuk ujian praktik tugas Lee Sonsaengnim, guru dengan gelar ‘Mulut Pedas’ karena komentarnya tentang bakat kami yang terkadang benar-benar menghujam hati. Aih, waktu itu aku bisa berani menanyakan hal itu pada Lee sonsaengnim. Kenapa sekarang aku justru takut? Ranbyul bukan seorang penakut!
                “Chaggii..” panggilku.
                “ne?”
                “eum, kau sudah dengar tentang tugas praktik Lee sonsaengnim?”
                “ne, aku dengar. Ahh, Lee sonsaengnim juga bilang kita bisa duet dengan siswa kelas lain.” Ujar Sehun berbinar. Bingo! Kekasihku pintar. Kemudian aku berkacak pinggang dan memasang wajah angkuh sebisa mungkin “jadi?”
                “tentu saja kita berduet, chaggi..” ucap Sehun manja lalu menampilkan bbuing-bbuing miliknya. Aish, sangat imut.
                “arraseo.. eum, kapan kita mulai latihan?” tanyaku.
                “bagaimana kalau besok?”
                “baiklah.” Ujarku lalu memasang senyuman terbaikku.
                ***
               
 Bagus! Lengkap sudah penderitaanku hari ini. Sebenarnya itu bukan penderitaan. Tapi aku hanya merasa sedikit sesak dan canggung melihatnya.. Tao, namja itu tidak duduk bersamaku lagi. Ia pindah ke bangku yang ada di sebelah Jaehui yang notabene adalah barisan terdepan dari deretan kami. Awalnya aku dan Tao duduk tepat di belakang Jaehui yang duduk sendirian. Nah, selama pelajaran konsentariku buyar karena melihat pemandangan tak enak tersebut di hadapanku. Dan Jaehui pun semakin gencar mendekati Tao. See? Melihat yeoja centil menggoda Tao. Aku tak suka!
2 weeks later..
              
  Sekarang aku berada di aula musik beserta tim penilai dan seluruh siswa di angkatan kelas XI yang sedang mengikuti ujian praktek. Sehun tampak modis dengan kaos putih lengan panjang dan cardigan hitam tanpa lengan menutup tubuh bagian atasnya, dan celana abu-abu dengan potongan bagian paha sedikit besar hingga mengecil ke bagian betis, sepatu kets berwarna hitam serta model rambut ala flower boy, tak bisa ku pungkiri jika kekasihku ini tampan, bahkan sangat tampan. Hingga membuatku tak menyesali untuk membolos ke rooftop sekolah tempo hari. Aku sendiri memakai rok pendek yang mengembang berwarna senada dengan celana Sehun dan baju yang sama persis dengan baju Sehun. Pakaian ini sebenarnya adalah salah satu koleksi baju couple kami.
                “chaggi, giliran kita..” ujar Sehun membuyarkan lamunanku.
                “ne? Sekarang?”
                “ye. Palliwa..” ajaknya.
                “ne.. ne..”
              
  Akhirnya kami berdiri di atas panggung dan disambut tepuk tangan riuh dari para penonton. Maklum saja, selama masa try out kami selalu diunggulkan karena kelenturan tubuhku dan kehebatan menari Sehun. Hingga intro lagu Only One – BoA terdengar di seluruh penjuru aula. Aku tak merasa gugup karena aku sudah terbiasa tampil di panggung.

Tao POV

                “Only one? Mereka memilih lagu Only One? Hahaha, tak bisa dipercaya. Tarian itu terlalu erotis untuk mereka tampilkan, dan lagi usia mereka masih terlalu belia. Hahahaha.” Ujarku sinis.
                “mereka benar-benar menuai banyak sensasi, tapi ku akui chemistry mereka sangat hebat.” Gumam Jaehui yang bisa ku dengar jelas. Aku menjadi sedikit resah. Tentu saja, aku mencoba tertawa untuk menutupi rasa cemburu yang membara dihatiku. Aku ingin lari, lari dari kenyataan. Tapi aku tak tahu harus lari kemana. Aku benar-benar tak tahu. Dan juga, kami tampil setelah mereka selesai melakukan aksi erotis mereka yang membakar hatiku. Hatiku sangat sakit.
                “Tao-ya, sebentar lagi mereka selesai. Kau siap?” tanya Jaehui yang kubalas anggukan mantap.
                Akhirnya tarian mereka yang sebenarnya membuat bulu kudukku meremang karena ku akui mereka memang hebat. Aku akui itu, hingga Lee Sonsaengnim si Mulut Pedas itupun memberikan tepuk tangan untuk mereka. Seluruh siswa SOPA juga tahu jika tepuk tangan si Mulut Pedas itu sama mahalnya dengan sebongkah berlian safir.
                Sekarang aku sudah berdiri di panggung dan membungkuk sebagai tanda hormat. Hingga lagu kami terputar. Kami memilih lagu Let Out The Beast dari EXO. Aku mulai memainkan gerakan yang sudah aku pelajari selama 2 minggu belakangan bersama Jaehui. Entah kenapa penampilan Ranbyul-Sehun kembali mengganggu pikiranku. Aku kembali mencoba fokus dengan gerakanku. Tapi gagal. Aih, pikiran itu benar-benar menggangguku.

Author POV

                Tao tetap memainkan tariannya, namun ia tetap tampak larut dalam pikirannya. Hingga ia melakukan sebuah kesalahan fatal yang membuat pergelangan kakinya tertekuk kebelakang hingga  diserang sakit luar biasa. Tao tak sanggup menahan nyeri di pergelangan kakinya.
                BRUK!!
                “ARRRRGGGHHHHH” pekik Tao yang terduduk di panggung sembari memegang pergelangan kaki kirinya, Jaehui yang menyadarinya langsung menyerbu Tao yang sedang meringis kesakitan dengan panik.
                “Tao-ssi!” hanya suara Jaehui yang dapat didengar oleh Tao hingga ia tak sadarkan diri.
                ***

                Tao, sangat malang nasibnya. Karena rasa cemburu begitu menguasai dirinya membuat dirinya mengalami cidera parah di pergelangan kaki. Terlebih karena cidera itu ia tak bisa bermain wushu dalam beberapa waktu hingga ia benar-benar pulih. Wushu, separuh nafasnya nyaris saja sirna. Sekarang ia tengah memandang taman rumah sakit melalui jendela bangsalnya.

 Ia merasa semua ini adalah salah Ranbyul. Ranbyul yang membuatnya cidera. Ranbyul yang membuatnya tak bisa bermain wushu walaupun hanya sementara. Ranbyul yang membuatnya patah hati. Ranbyul yang membuatnya kehilangan mimpinya untuk dicintai. Sungguh ironi yang benar-benar menyesakkan. Hingga akhirnya wanita yang mengusik pikirannya benar-benar tiba dan membawa sebuah boneka panda serta sebuket bunga.
                “Tao-ssi..” lirih Ranbyul.

                Tao tak bergeming seolah hanya dirinya sendiri yang ada di bangsal itu, tetap memfokuskan pandangannya pada bunga sakura yang bermekaran di taman rumah sakit. Berbeda dengan Ranbyul yang menatap iba Tao, melihat pergelangan kaki kiri Tao yang terlilit gips.
                “Tao-ssi..” panggil Ranbyul, lagi.
                “ka.. pergilah. Aku tak membutuhkanmu” ujar Tao dingin.
                “tapi aku ingin menje-“
                “apa? Menjenguk katamu? Sudah ku bilang pergi! Pergi dari sini, nona KIM!” bentak Tao
                “Tao..”
                “PERGI DARI SINI!! Apa kau tak mendengarnya hah?! Apa aku kurang jelas mengatakannya? Aku bilang pergi nona Kim!!.” Bentak Tao tanpa iba, sedangkan gadis yang memiliki nama Ranbyul itu hanya dapat terisak.
                “arra.. aku akan pergi.” Ujar Ranbyul berusaha tampak tegar lalu meletakkan boneka panda dan sebuket bunga di tempat tidur Tao. Dan mulai melangkah pergi.
                “tunggu.” Ujar Tao, akhirnya yeoja itu kembali menatap Tao.
                “ambil sampah ini. Aku tak membutuhkannya. Dan satu lagi, jangan muncul di hadapanku lagi nona Kim. Aku membencimu, aku sangat membencimu.” Ujar Tao dingin lalu melemparkan sebuket bunga dan boneka panda tersebut ke arah wajah Ranbyul.
                “baiklah, aku tak akan muncul lagi dihadapanmu. Aku berjanji. Aku permisi dulu tuan Huang.” Lirih Ranbyul lalu membungkuk formal.
                “bagus, sekarang pergilah.”
                “baik, aku pergi.” Ujar Ranbyul lalu meninggalkan Tao yang tengah tersenyum sinis melihat kakinya.

Jaehui bersedih ketika melihat Tao merasa sakit hati pada Ranbyul
Ranbyul bersedih ketika melihat Tao sakit
Jaehui menangis ketika melihat Tao cedera
Ranbyul menangis ketika melihat Tao tak bisa bermain wushu untuk sementara
                ***

Author POV

                Tampak sepasang anak manusia tengah terduduk memandangi aliran sungai Han yang tenang di musin semi yang indah. Angin sejuk membelai surai indah milik keduanya. Gemerisik dedaunan menghiasi pendengaran yang tertangkap oleh mereka. Tampak raut risau dan putus asa dimanik mata sang yeoja. Sedangkan sang namja hanya terdiam menunggu sang yeoja angkat bicara sesuai dengan yang ia janjikan melalui pesan singkatnya. Tepatnya Sehun menunggu Ranbyul berbicara.
                “Sehunnie, apa aku tampak semenjijikkan itu hingga ia tak mau melihatku lagi? Apa salahku?” ujar Ranbyul pelan lalu menyadarkan kepalanya di bahu Sehun.
Sehun menghela napas berat. Namja mana yang suka melihat kekasih yang begitu ia cintai mendapatkan musibah yang seharusnya tak ia dapatkan? Sehun memutar bola matanya berbagai macam arah tanda ia berpikir tentang apa yang harus ia lakukan untuk menenangkan yeojanya itu.
                “kau tidak bersalah.. mungkin.. mungkin sesuatu tentangmu sedikit mengusik pikirannya ketika melakukan gerakan kemarin. Jangan salahkan dirimu sendiri tanpa alasan yang kau ketahui..” jawab Sehun tulus lalu membelai surai hitam Ranbyul yang tengah duduk di sebelahnya.
                “apa aku harus pergi jauh demi menuruti keinganannya?” tanya Ranbyul
                Sehun mentautkan alisnya pertanda ia tak mengerti “apa maksudmu?”
                “apa aku harus pergi jauh agar ia tak melihatku lagi? Seperti ke Eropa atau Amerika?” ucap Ranbyul dengan penuh nada putus asa. Tampak beban yang begitu berat yang ia punggungi melalui raut wajahnya.
                “jangan terlalu jauh.. kau ingin menyiksaku?” canda Sehun mencoba mencairkan suasana.
                “anni, hehehe. Bagaimana jika kita pergi bersama? Bukankah kau juga dianggap makhluk asing di SOPA?” ujar Ranbyul lalu menatap Sehun penuh harap.
                “ide yang bagus.” Jawab Sehun enteng.
                “aku serius chaggi. Ini bukan waktunya bercanda.” Cibir Ranbyul.
                “kau pikir aku main-main menjawab pertanyaanmu, honey?” ujar Sehun lembut.
                “ne, aku pikir kau bercanda.” Jawab Ranbyul lalu kembali memandangi aliran sungai Han.
                “hmm.. sebenarnya aku sudah lama berpikir untuk pindah keluar negeri. Tapi aku tak ingin ke Amerika ataupun Eropa. Aku ingin ke Australia.” Ujar Sehun.
                “jeongmal? Bagaimana kalau kita ke Australia saja? Aku lancar berbahasa inggris. Bagaimana denganmu?” jawab Ranbyul berbinar, karena ia mulai menemukan jalan untuk menjauhi Tao.
                “kita?” tanya Sehun lalu dibalas anggukan oleh Ranbyul.
                “aku juga tidak buruk dalam berbahasa inggris. Kau benar-benar yakin ingin pindah?” tanya Sehun lagi, dengan hati-hati karena ia tak ingin melukai Ranbyul, kekasihnya.
               “ne, aku ingin pindah. Aku ingin pergi jauuuh. Aku ingin melupakan tuts piano, aku ingin melupakan pakaian baletku. Aku ingin menjadi seorang pakar hukum.” Ujar Ranbyul semangat namun penuh dengan kerapuhan dan putus asa.
                “ayo, aku juga ingin melupakan step dancingku. Mari kita bicarakan lebih jauh.” Kata Sehun.
                “tentang apa?” tanya Ranbyul.
                Pletak!
                Satu jitakan mendarat mulus di kening Ranbyul.
                “yakk, memang susah berbicara dengan yeoja ber-IQ jongkok sepertimu. Tentu saja tentang urusan pindah kita. Pabboya yeoja.” Ujar Sehun, semangat.
                “jeongmal?” ujar Ranbyul berbinar.
                “ne. Besok aku ajak orangtuaku ke rumah mu untuk membahas hal ini.” Jawab Sehun.
                “jeongmalyo?” tanya Ranbyul.
                “NE CHAGGIIIYAAAAAA~” pekik Sehun.
                “hhuaaaaaaaaa~ SARANGHAEYO CHAGIIIII” pekik Ranbyul.
                 “NA DO SARANGHAEEEEEE” jawab Sehun.

Menari adalah separuh nafasku..
Jika aku berhenti menari maka aku akan kehilangan separuh nafasku..
Tapi aku tak menyesal..
Separuh nafas yang hilang itu digantikan dengan kau yang selalu ada disisiku..
Menari tak ada arti jika dibandingkan denganmu..
Ranbyul, ketahuilah.. aku sangat mencintaimu..
***

1 month later..
Incheon International Airport

                “Sehun-ah, aku titipkan adik idiotku padamu. Kau harus banyak bersabar menghadapinya.” Ujar Suho sembari menepuk pelan pundak calon adik iparnya, Sehun.
                “ne hyung, aku akan menjaganya.” Jawab Sehun lalu tersenyum tipis.
                “hikss.. hikss.. eommaaaaa.. appaaa.. oppaaaa..” rengek Ranbyul.
                “hiks.. sudahlah nak.. hiks.. jangan menangis.. jika liburan musim salju kau harus pulang ke Korea ne?” ucap Ny. Kim sesegukan.
                “ne eomma.. tapi aku tak janji.” jawab Ranbyul.
                “byul-ah, belajar yang rajin disana. Appa dan eomma akan mendoakanmu dari sini.” Nasehat Tn. Kim.
                “hmm, ne appa. Suho oppa..” ujar Ranbyul.
                “ne?”
                “aku titipkan ini untuk Tao. Berikan padanya setelah ia pulih.” Ujar Ranbyul lalu memberikan sepucuk surat berwarna biru langit pada Suho.
                “arraseo..”
                “eum, sebenar lagi pesawat kita akan take off. Kajja Byullie.” Ajak Sehun.
                “hm, baiklah.. eomma, appa, dan oppa.. serta abonim dan eomonim. Kami pamit ne..” ujar Ranbyul.
                “ne.. hati-hati di jalan..” jawab mereka serentak kecuali Sehun yang hanya tersenyum tipis.
                “ne..” jawab Ranbyul lalu segera menuju ruang keberangkatan bersama Sehun.
                “kwenchanayo, chaggi?” tanya Sehun yang dijawab sebuah anggukan oleh Ranbyul.

Tuhan..
Hanya satu pintaku padamu..
Jagalah ia saat aku jauh dari sisinya..
Berikan orang yang tulus dariMu..
Jangan biarkan dia sendiri dan terpuruk..
Aku ingin memastikan dirinya bahagia..
Setelah aku pergi dan tak akan kembali..
Karena aku tak bisa memelukmu sebebas yang dulu lagi..
Aku sudah terikat kuat dengan malaikat baruku, Oh Sehun.
Disini, di hatiku..
Masih ada satu ruang cinta untuknya..
Takkan lekang oleh waktu..
Selamanya..
                Kepergian Ranbyul menyatakan, bahwa mulai saat ini Ranbyul dan Sehun bertunangan. Ranbyul akan mencari kebahagiaannya sendiri tanpa cinta pertamanya.


Chapter 5 : Into The New World
13 years later
Incheon International Airport

“dad, so it’s your nation. South Korea?” ujar seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang berada dalam gendongan sang ayah.
“yeah baby, and you would be like this.” Jawab sang ayah lalu berhigh five ria dengan anak laki-lakinya.
“dan satu lagi, kau harus berbahasa Korea mulai dari sekarang. Dan namamu dalam Korea adalah Oh Jitae.” Ucap seorang ibu muda yang berdampingan dengan 2 orang kaum adam yang berbeda generasi tersebut.
“ne eomma.”
“appa adeul neomu meotjidda.” Ujar ayah muda tersebut.
***

Tao POV

Ku pandangi pantulan bayanganku dari cermin raksasa yangada di kamarku. Hingga aku teringat tentang sesuatu yang tersimpan rapi dalam laci yang ada di nakas cermin selama 13 tahun. Secarik kertas usang yang sudah nyaris lapuk. Kertas ini lebih tampak sebagai benda purba. Tapi, seburuk apapun wujud kertas ini. Kertas inilah yang menyadarkanku akan kesalahan terbesar yang pernah ku buat hingga aku kehilangan gadisku dulu. 13 tahun tersimpan. Aku tak pernah bosan membacanya.

Annyeong Panda^^
Semoga kau sudah baik-baik saja saat membaca surat ini.
Karena saat kau membaca surat ini, aku tak akan lagi muncul dihadapanmu.
Aku sudah menuruti permintaanmu waktu itu.
Apa kau puas? Semoga saja.
Tak banyak yang ingin aku katakan, aku hanya ingin mengatakan jika sebuah gerobak soju cungkring mencintai seekor panda imut. Atau yang lebih jelasnya seorang Kim Ranbyul mencintai Huang Zi Tao. Aku benar-benar berharap jika kau juga menyukaiku. Tapi aku sadar jika itu hanya ada di angan-angan.
Dan mengenai ramalan Tarot waktu itu, aku benar-benar sedih mengingatnya. Ramalan itu memang benar untukku. Tapi apa ramalan itu juga berlaku untukmu? Awalnya aku berpikir jika apa yang dikatakan peramal itu benar, ternyata tidak..
Aku minta maaf atas jurang kesalahpahaman besar yang membuat jarak kita begitu jauh. Aku benar-benar minta maaf. Kau berhak membenciku.
Aku pindah ke Sidney bersama Sehun, tunanganku. Maaf jika aku baru mengatakannya. Aku takut bertemu denganmu.
Aku bertunangan dengan seseorang yang begitu mencintaiku, aku berharap aku pantas mendapatkan cinta tulusnya itu. Tao, hiduplah dengan baik tanpaku. Makan dengan baik, tidur dengan baik. Jangan tangisi sahabat egois sepertiku.
Aku akan mencari kebahagiaanku sendiri tanpamu. Maafkan aku..
Tapi percayalah, ada ruang khusus untukmu dihatiku.
Dan aku meminta maaf atas kelancanganku mencintaimu.
Saranghae panda..
Hwaiting!^^

Kim Ranbyul

Persetan! Air mataku justru tumpah. Rasa sesak saat pertama kali aku membacanya tiba-tiba datang lagi.
“Tao-ah, kau sudah siap?” tanya Appa.
“ne appa. Aku siap.” Jawabku lalu keluar kamar dan melangkah ke taman rumahku.

Ranbyul POV

                Ku langkahkan kakiku memasuki rumah mewah yang tengah dihiasi dengan berbagai macam bentuk pernak-pernik pernikahan. Senyum yang entah bagaimana bentuknya terpatri diwajahku. Antara senyum bahagia dan senyum kecut. Tentu saja. Ini pesta pernikahan laki-laki yang sebenarnya masih aku sayangi. Huang Zi Tao dengan Yoon Jaehui, teman masa SMA ku. aku datang jauh-jauh dari Sidney, Australia demi menghadiri pesta pernikahan mereka.

Awalnya aku enggan datang. Tapi demi permintaan suamiku dan menghargai undangan akhirnya aku datang. Oh iya, aku benar-benar berjodoh dengan malaikatku, Sehun. Dan kami memiliki seorang putra bernama Oh Jitae dalam nama Korea. Tentang asal usul nama malaikat kecilku, Jitae. Tentu tidak jauh berbeda kan dengan Zi Tao? Zi Tao dan Ji Tae. Itu bisa disebut sebagai nama dari sepasang bayi laki-laki kembar. Aku memberinya nama Jitae karena dari segi fisik terutama matanya sangat mirip dengan ‘sahabat’ku itu.

“terimakasih sudah datang, gerobak.” Ujar seseorang yang telah sukses membuyarkan lamunanku namun terasa sangat familiar bagiku, Tao. Sungguh membahagiakan, tentu saja karena setelah hampir 14 tahun ia tak memanggilku dengan sebutan itu. Aku benar-benar terharu. Entahlah, aku tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
“ne, panda..” jawabku lalu menyeka titik airmata yang keluar dari sudut mataku.
“13 tahun tak bertemu.. kau tak tampak seperti gerobak lagi. Hahaha.” Ujar Tao yang membuatku mempoutkan bibir kesal.
“oh iya, ini putramu?” tanya Tao yang ku jawab sebuah anggukan.
“waah, neomu meotjidda. Tapi, kenapa ia bisa mewariskan mata pandaku? Tapi bibir dan hidungnya sangat mirip dengan ayahnya.” Komentar Tao.
“Jitae, dia sahabat eomma ketika sekolah. Panggil dia Tao samchon. Dan perkenalkan dirimu.” Interupsiku.
“ne eomma. Ehm, annyeong haseo. Oh Jitae imnida.”
 “ne, annyeong.” Jawab Tao lalu mengusap pelan rambut malaikat kecilku.

Terimakasih tuhan.. kau menghilangkan rasa benci Tao padaku. Dan memberikanku seorang malaikat dan malaikat kecil yang tampan untukku. Aku benar-benar mensyukuri kebahagiaanku walaupun aku tak mendapatkannya bersama malaikat pertamaku. Tao.. bahagiakan Jaehui seperti Sehun membahagiakanku.- Kim Ranbyul.

Sebenarnya aku merasa sakit ketika melihat Ranbyul sudah memberikan keturunan untuk laki-laki lain. Tapi aku tahu itu semua karena rasa egois sudah terlanjur menyerangku 13 tahun yang lalu hingga membuatku kehilangan cinta pertamaku. Jaehui, aku akan coba mencintaimu. Walaupun dihatiku masih bersemayam rasa cinta untuk Ranbyul. Aku akan berusaha mencari kebahagiaanku sendiri tanpanya. Andai Ranbyul tahu jika aku sangat senang melihat malaikat kecilnya memiliki bentuk mata yang sama denganku. Itu menjadi pertanda bahwa pada awalnya ia cukup mencintaiku kan? Dan satu lagi, karena takdir cintaku yang sangat payah. Aku tak percaya ramalan lagi, aku tak percaya kartu tarot. Aku merasa sedih ketika mengingat masa itu. - Huang Zi Tao

Aku sangat mencintai Ranbyul, demi keinginan Ranbyul aku sudah rela melepaskan separuh nafasku, menari. Aku melakukannya karena aku sudah mendapatkan penggantinya. Dan perjuanganku tak sia-sia. Aku benar-benar membawanya ke altar pernikahan dan mengucapkan janji suci dengan bahagia. Terlebih sekarang sudah hadir seorang malaikat kecil di antara kami. Oh Jitae. Aku tahu apa alasannya memberi nama Oh Jitae. Aku memakluminya karena aku tahu hatinya. – Oh Sehun.

                END~
                Ulalala~ lalalaa~
Eottokhae? Ff nya saya bagi 5 bagian tapi ini twoshoot. Mianhae..
RCL nya yaa. Don’t be silent readers.
Yang like+komen aku doain bisa ketemu bias. Amiiin~
Saya pamit mau ke planet mars bersama Chanyeol :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar