Translate

Minggu, 20 Januari 2013

That XX Part 1


That XX (Twoshoot) | Part 1

Author : Whirlwind~[Trainee]
Akun fb : Annisa Noranda Barezky
Length : part 1 chap 1-3
Main Cast :
1.       Kim Ranbyul
2.       Huang Zi Tao
3.       Oh Sehun
4.       Yoon Jaehui
5.       And other cast.
Genre : Friendship, Romance, sad.
Rating : PG 13
Disclaimer : seluruh main cast yang ada difanfiction ini adalah milik Tuhan, Orangtua, dan SM Entertainment kecuali Han Ran Byul. Isi cerita dan Sehun murni milik saya XD *dibacok Whirlwinds*. Cerita ini terinspirasi dari kata-kata yang ada di bagian summary. Langsung saja.. ChenKaiD.Ott XD

Summary :
Percayalah, tak ada dan tak akan pernah ada persahabatan murni antara pria dan wanita.
“takdir dunia tidak berpihak pada cinta kita” –Tao dan Ranbyul.
“kaulah gerakan wushu tersulit yang tak pernah bisa ku taklukkan”- Tao
“alasanku memainkan melodi cinta dalam permainan pianoku, adalah kau”-Ranbyul

Story Begin

Chapter 1 : because of you wouldn’t answer my calls

Ranbyul POV

               Tubuhku menggeliat tatkala menerima sinar mentari pagi yang mencoba eksis setelah datang kembali dari tempat peristirahatannya. Aku selalu merutuki 2 hal saat bangun pagi. Yang pertama, aku ingin mengutuk siapapun yang telah menciptakan jam weker karena ia sudah menciptakan keributan di pagi yang tenang dan damai. Yang kedua, aku merutuki posisi tempat tidurku yang langsung berhadapan dengan jendela yang mengantarkan sinar mentari dengan kehangatannya mampu membuatku harus bangun dari mimpi indahku. Dengan segera ku sambar handuk pink-ku yang tergantung di dekat pintu kamar mandi yang ada di kamarku dan bergegas mandi membersihkan tubuhku serta.. um, iler yang berserakan di sekitar bibirku -_-
                ***

               “cepat habiskan sarapanmu, Tao sudah menunggu di luar.” Ujar eomma tanpa mengalihkan pandangannya dari sepotong roti yang tengah dinikmatinya.
                “allathoo (arraseo).” Jawabku dengan roti yang yang penuh dalam mulutku.
                PLETAK!
                “harus berapa kali eomma katakan, jangan berbicara saat kau mengunyah. Dasar jorok!” bentak eommaku yang disambut tawa nista oleh Suho oppa, saudara kandungku satu-satunya. Ku berikan tatapan mengerikan terbaikku untuknya. Auw.. appoyo.. jidatku sangat sakit. Beginilah nasib menjadi seorang anak bungsu yang selalu di anak tirikan. Yah, memang di anak tirikan karena sifat cerobohku dan kekurangan seperguruan lainnya. Malang nasibmu Ranbyul.
                “ne, aku berangkat. Katda ulgeyo.” pamitku lalu melangkah keluar rumah.
                “annyeong gerobak cungkring.” sapa Tao. Eum, sahabatku yang aku sukai. Gerobak cungkring, itulah nama yang diberikan Tao untukku, lengkapnya adalah gerobak Soju yang cungkring. Ia memberikan julukan gerobak Soju karena aku sama buruknya dengan gerobak Soju, namun aku memiliki sedikit ‘kelebihan’ berupa tubuhku yang 5 kali lipat lebih langsing dibandingkan gerobak Soju. Kiranya begitulah asal-usul namaku.
                “annyeong panda.” Jawabku lalu tersenyum dan mengambil helm yang diberikan olehnya.
                ***
                Menurutku hidupku sedikit beruntung, aku dikenal sebagai wanita terdekat Tao yang notabene adalah Ulzzang di sekolah kami, School of Performing  Arts Seoul. Sarapan pagiku di sekolah berupa tatapan iri dari para sunbae ataupun hoobae yang mengagumi Tao. Padahal, beberapa dari mereka memiliki paras cantik yang jauh dari kata gerobak Soju seperti julukanku. Tapi, itu tak membuat Tao tertarik pada mereka. Ketika ku tanyakan apa alasannya, ia hanya menjawab sudah ada seseorang yang penting di hatinya. Dan jawaban itu yang membuatku untuk memilih memendam perasaanku padanya. Jelas saja, Kim Ranbyul merasa CEMBURU.
Tao adalah seorang atlit basket dan wushu paling terkenal di sekolah, sedangkan aku adalah seorang balerina dan seorang pianist. Sebenarnya bakat seni Tao tak kalah hebat, ia berbakat dalam memainkan saxofon dan seorang rapper di sekolah kami.
                “gerobak, aku lapar. Ayo ke kantin” ajak Tao.
                “eum, baiklah.”
                ***
                “panda, kapan kau akan mengungkapkan perasaanmu pada wanita impianmu itu?” tanyaku lalu menyeruput grape milkshake milikku, mencoba untuk berusaha terlihat biasa-biasa saja.
                “jangan banyak tanya, kau saja tidak tahu siapa dia.” Omel Tao.
                “tsk, sahabat macam apa kau? Bahkan kau masih bisa merahasiakan siapa yeoja itu padaku. Jadi kau menganggap aku apa?” bentakku. Yah, aku sedikit kasar agar bisa menutupi rasa cemburu yang membara dihatiku.
                “nanti kau akan tahu, tenang saja baby.”
                “hm.” Desahku menutupi semburat merah yang ku yakini dari godaan Tao.
                “gerobak, sebentar lagi kau akan ulang tahun kan?”
                “ne, 1 minggu lagi. Waeyo?”
                “kau ingin aku beri hadiah apa?” tanya Tao, aku ingin dirimu Tao. Hanya dirimu.
                “terserah kau saja.” Ujarku pelan.
                “jadi begini, aku membutuhkan pertolonganmu. Aku ingin tanggal ulang tahunmu juga spesial untukku. Jadi aku memutuskan untuk mengungkapkan cintaku ketika kau ulangtahun. Kau mau membantuku? Jika aku di terima yeoja itu. Aku akan memberikan apapun yang kau mau. Jadi, kau mau tidak?”
                DEG!
                “arra, arraseo. Aku akan membantumu.” Jawabku pelan, hatiku sangat sakit sekarang. Suho oppa.. tolong aku.
                “yakso?” ujarnya lalu mengacungkan jari kelingking miliknya.
                “ne, yaksohae.” Jawabku lalu menyambut jari kelingking miliknya.
               “ada imbalan untukmu, nanti setelah kita pulang sekolah. Kita pergi main ke Taman yang ada di dekat sungai Han itu. Ottokhae?” tawarnya.
                “eum, baiklah.” Jawabku.
                ***
                “gerobak, lihat. Disana ada peramal tarot. Kita coba yuk?” ajak Tao.
                “aih, aku tak percaya ramalan.” Jawabku cuek.
                “sudahlah, kita coba saja dulu.” Ujar Tao lalu menyeretku ke sebuah stand yang bernuansa mistik tentu saja karena berkaitan dengan ramalan. Apa dayaku melawan. Bisa-bisa aku tak sadarkan diri jika ia memukul tengkukku dengan hanya satu jurus wushunya.
                “hei, anak muda. Kalian ingin mencoba?” tanya seorang wanita paruh baya yang ku yakini adalah peramalnya.
                “benar, kami ingin mencoba.” Jawab Tao.
                “kalian sangat serasi. Atmosfer cinta mengelilingi kalian.” Ujar sang peramal yang membuatku tertunduk malu.
                “hahaha. Kami hanya bersahabat, Ahjumma.” Jawab Tao sembari menggaruk tengkuknya canggung  yang membuatku sesak.
                “benarkah? Aku sangat yakin jika gadis cantik di sebelahmu adalah sesuatu yang berharga bagimu.”
                “berharga bagiku? Apa maksudmu Ahjumma?” tanya Tao tak mengerti. Aku benar-benar merasa bodoh sekarang.
                “silahkan pilih kartunya nona, tuan.” Ujar sang peramal tanpa menjawab pertanyaan Tao, benar-benar mistik.
                “gerobak, aku pilih dulu ne?” aku hanya mengangguk tanda mengiyakan ucapannya. Mulailah tangan Tao bergerilya diantara deretan banyak karto tarot yang tersedia. Ia tampak kebingungan memilih kartu. Hingga pilihannya tertuju pada sebuah kartu pada deretan keempat dari sebelah kanan.
                “giliranmu nona.”
                Tanpa basa-basi aku langsung mengambil kartu yang memang sudah aku targetkan dari tadi. Aku merasa kartu itu adalah kartu yang paling menarik.
                “baiklah, kita lihat ramalannya..” ujar sang peramal lalu tampak berpikir. “untuk tuan, menurut kartu ini. Kau harus segera mengungkapkan perasaanmu secepatnya. Ia sudah sangat lama menunggumu. Dan untukmu nona, kau akan mendapatkan satu kebahagiaan yang tak terkira dalam waktu dekat ini. Jadi, bersabarlah menunggu saat itu.”
                Kami terdiam cukup lama setelah sang peramal mengucapkan ramalan pada kartu tarot kami  yang menurutku sedikit berkaitan dan memberiku setangkai mawar putih.
                Author POV
                “mereka saling mencintai, tapi sayang garis takdir tidak menjodohkan mereka. Semoga saja mereka akan kuat menghadapi masalah yang sudah berada di ambang pintu.” Pikir sang peramal.
                “kita akan kemana lagi?” tanya Ranbyul memecah rasa canggung yang menyelimuti mereka setelah ramalan tarot tadi.
                “kau mau es krim?”
                “tentu saja, kau kan tau aku sangat suka es krim.”
                “hehehe. Kajja.” Ujarnya lalu mengacak puncak kepalaku pelan yang membuatku merasa melayang diudara. Indah sekali..
                ***
                “HAHAHAHA. Gerobak soju kau jorok sekali. HAHAHAHA” terdengar tawa Tao membahana ke setiap penjuru kelas. Tao menertawakanku yang sedang tertunduk malu, karena aku tertangkap mengiler saat tidur. Pagi tadi ia membuat kejutan dengan membangunkanku secara langsung. Dan yah, aku adalah seorang pengiler kelas berat jika sedang tertidur.
                “aish, kau membuatku malu. Diamlah.” Desakku.
                “HAHAHAHAHA” tawanya masih terdengar jelas mulai dari aku bangun tidur, hingga sekarang. Tak berhenti barang sedikitpun.
                “Tao-ssi.” Panggil Jaehui, salah satu Ulzzang di SOPA a.k.a School of Performing Arts. Namun, jarak mereka yang berada dalam radius 5 meter membuat Tao hanya mendengar samar-samar panggilan Jaehui.
                “ne? Jaehui-ssi, waeyo?” tanya Tao setelah sadar namanya dipanggil.
                “sini sebentar.. palliwa.”
                “aish, kau saja yang kesini.” Ujar Tao.
                “kau yang kesini.” Desak Jaehui.
                “aigoo~ kau ini manja sekali seperti kucingku. Kau mau ku cium eoh?.” Ujar Tao lalu meninggalkan aku dan menghampiri Jaehui yang memanggilnya. Bisa ku lihat dari sudut mataku mereka tampak berbisik membicarakan sesuatu.
Aku merasa wajahku panas dan nafasku mulai tak karuan. Bisa-bisanya ia berkata seperti itu pada wanita lain. Dari sejak lahir berteman dengannya tapi ia tak pernah berkata seperti itu padaku. Kau jahat Tao! Tapi, untuk apa aku marah? Aku tak berhak melakukannya. Ne, Jaehui jauh lebih pantas dengan Tao dibandingkan diriKu yang tampak seperti gerobak Sujo yang buruk rupa menyaingi keburukan rupa seorang princess Fiona. Aih, lebih baik aku ke rooftop menenangkan diriku. Aku ingin melampiaskan rasa cemburuku.
***
Author POV
Terdengar isakan malang dari seorang siswi SOPA di rooftop sekolah mereka. Merenungi nasibnya yang memiliki segudang keburukan dan wajah yang buruk rupa, menurutnya.
“baiklah.. hiks.. JIKA ITU YANG KAU MAU, AKAN KU LAKUKAN TUAN MUDA HUANG. AKU AKAN MENCOBA UNTUK TIDAK MENCINTAI KAU YANG BERSTATUS SAHABATKU, YA HANYA SAHABATKU. DAN SEKARANG KAU BUKAN SAHABATKU LAGI. KAU HANYA TEMAN BIASA, HANYA TEMAN BIASA!! AKU TEGASKAN ITU. AKU BERJANJI AKAN MELUPAKAN PERASAANKU PADAMU. AKU BERJANJI! Hiks.. hikss..”
Keadaan kembali tampak hening sesaat setelah Ranbyul berteriak, namun samar-samar masih terdengar isakan kecil dari bibirnya.
GREP!
Terasa seorang laki-laki memeluknya dari belakang. Ia tampak tercengang dengan apa yang dialaminya sekarang. Bisa ia rasakan aroma khas wewangian menusuk hidungnya yang sebenarnya membuatnya nyaman.
“uljima.. uljimayo.. agasshi..” bisik suara bass milik seorang laki-laki di belakangnya.
***
“kau sudah tenang?” tanya namja itu pada Ranbyul, dibalas anggukan dan secuil senyuman manis miliknya.
“baguslah, kau kenapa menangis? Apa karena kekasihmu yang sangat kau cintai?” tebak Namja itu.
“anni, hmm.. ini karena sahabatku yang aku cintai..”
“wajar saja kau menangis, itu konsekuensi mencintai orang yang tak seharusnya kau cintai.”
“hahaha, kau benar.” Ujar Ranbyul  lalu mengeluarkan tawa yang membuat siapa saja akan merasa kasihan dengan kemalangan miliknya.
“um, siapa namamu Aggashi?”
“naneun Ranbyul, Kim Ranbyul.”
“aku Sehun, Oh Sehun.”
“kau kenapa bisa ada disini?”
“hehehe, ini adalah tempat pelarianku jika aku jenuh dengan pelajaran di kelas. Atau simpelnya ini adalah tempatku untuk bolos.” Jawabnya lalu menggaruk tengkuknya canggung.
“oh.. begitu.”
Kemudian hening kembali menyelimuti mereka.
“sudah jam pulang.. aku harus kembali ke kelas.” Ujar Ranbyul.
“eum, mau ku antar pulang. Byullie?”
“eum.. tapi..” jawab Ranbyul ragu.
“ayolah, aku bukan orang jahat. Kajja..”
‘baguslah.. ini bisa ku jadikan alasan untuk menghindari Tao dan.. melupakannya.’ Pikir Ranbyul.
***
“gomawo Sehun-ah..” ujar Ranbyul setelah turun dari motor sport putih milik Sehun.
“ne, cheonma Byullie.. eum, aku boleh menjemputmu besok?” tawar Sehun.
“eum, boleh saja. Hehehe.” Kikik Ranbyul, ia tampak nyaman bersama Sehun.
“baiklah. Aku pergi dulu ne..”
“baiklah.. annyeong Sehunnie.”
“annyeong Byullie..”
Ranbyul tetap berdiri di tempatnya memastikan Sehun pergi sampai siluet Sehun tak tampak lagi karena simpang jalan rumahnya. Ia tampak terkejut melihat tatapan sinis Tao yang berdiri di depan rumahnya yang berada tepat di sebelah kanan rumah Ranbyul. Ranbyul memasuki halaman rumahnya dan menutup pagar rumahnya kasar tanpa sedikitpun menyapa Tao. Ia merasa jijik. Tao sukses membuat mood nya kembali hancur setelah ia sempat bersenang-senang dengan Sehun.
I lose my mind, neoreul chommmanaseultte..
One message from Tao
gerobak, kenapa kau menghilang tadi di sekolah? Siapa namja yang mengantarmu pulang?”
Ranbyul tampak malas menatap layar handphone touchscreennya dan membiarkannya tergeletak begitu saja di atas nakas samping tempat tidurnya. Ia benar-benar merasa muak pada Tao. ‘Atau jangan-jangan yeoja yang dimaksud Tao adalah Jaehui. Tsk, memuakkan!’ Pikirnya.
Sekali lagi, handphone Ranbyul berdering.
One message from Sehun
“Byullie~ kau anak kelas XI B kan?^^”
Reply :
“benar^^ dan kau kelas berapa?”
Terukir sebuah senyuman cerah di bibir Ranbyul, ia merasa bahagia dengan Sehun. Ya, walaupun belum genap 1 hari mereka berkenalan.
One message from Sehun
“aku kelas XI A^^ eum, Byullie. Namja yang tinggal di sebelah rumahmu itu Tao kan? Ulzzang SOPA?”
Reply :
“benar~ eum, Sehunnie. Aku lelah. Aku mau istirahat dulu ne? Ppai ppai^^”
Sebenarnya Ranbyul tak berniat untuk beristirahat barang sedikitpun seperti apa yang ia katakan pada Sehun. Itu hanya modus untuk menghindari percakapan yang membahas Tao. Ia sudah muak. Sangat muak.
Chapter 2 : I love him.. so what?!
Ranbyul POV
                “annyeong Sehunnie.” Sapaku sambil tersenyum, hari ini ia mengajakku jalan-jalan ke Namsan Park. Kami langsung berangkat setelah jam pelajaran di sekolah usai.
                “Annyeong Byullie.” Jawab Sehun lalu memamerkan eye smilenya padaku. Bisa ku lihat dari sudut mataku Tao memandang kami tajam. Biarlah, i don’t care.
                “kita berangkat sekarang?” tanya ku yang dibalas anggukan oleh Sehun.
                ***
                “sudah lama aku tak kesini..” ujarku pelan.
                “hm, aku juga. Udara disini.. hmm, sangat sejuk.. kapan terakhir kali kau kesini?” sahut Sehun.
                “sekitar 1 bulan yang lalu..” Sehun mengangguk pelan setelah mendengar jawabanku.
                ***
Tao POV
                Dengan air mata yang masih membasahi pelupuk mataku, aku mencoba bernyanyi. Mewakili apa yang aku rasakan sekarang. Keheningan ruang musik menemaniku dalam kesepian. Ya, aku masih berada di sekolah atau tepatnya di ruang musik. Entahlah, rasanya aku nyaman berada disini. Ku genggam microfon dengan sedikit kuat dan mulai bernyanyi.

Oraen-maniya mot bon sa-i geudaen eol-ku-ri chowa boyeo
Yeppeojyeot-da neon hangsang nae nunen wonrae kowah boyeo

Keunde oneul-ttara jo-geum talla boyeo yunanhi mwonka deo cha-gawo boyeo
Nareul boneun nunbichi dongjeonge kadeuk cha-isseo ne apeseo nan ja-ga boyeo
Kwaehn-chanheun cheogaesseo daehwah-jujereul bakkwobeoryeo
Mudko shipeun ma-reun manheunde neon ttag jallabeoryeo
Ne gin meorin challanggeoryeo nae bo-reul ttaerigon seuchyeojina
Dwiido-raseon godjang kabeoryeo yeo-giseo neol jabeumyeon useuwojina
Amu maldo tteo-oreuji anh-jyo tteolmyeonseo neon handu balchag dwiiro
Ijen nae-ga museopdan geu mal nal michike haneun neoran tal
I love you baby i’m not a monster
Neon al-janha yejeon nae moseubeul shi-gani chinamyeon sarajyeo beoril tende keu ttaen al tende baby
I need you baby i’m not a monster
Nal al-janha ireohke kajima neo majeo beorimyeon nan jugeobeoril tende i’m not a monster
I love you baby i’m not a monster
Neon al-janha yejeon nae moseubeul shi-gani chinamyeon sarajyeo beoril tende keu ttaen al tende baby
I need you baby i’m not a monster
Nal al-janha ireohke kajima neo majeo beorimyeon nan jugeobeoril tende i’m not a monster
            “hiks.. hiks.. KIM RAN BYUL!!! Aarrrrgghhh” pekikku frustasi di akhir lagu, aku tak tahu apa salahku hingga sebenci itu tatapannya padaku.
                GREP!
                “menangislah.. Tao.. menangislah jika itu yang membuatmu merasa lebih baik.”
                “Yoon Jaehui.. kenapa kau disini? Dan kau tak perlu memelukku! Lepaskan!” titahku.
                “anni, aku tak akan melepaskannya. Aku ingin.. menjadi wanita yang baik untukmu..”
                “untuk apa kau melakukannya eoh?”
                “aku tak ingin melihat orang yang ku sukai menangis orang lain.”
                “cih, Yoon Jaehui. Lebih baik kau pergi sekarang atau wajahmu akan lebam.”
                “Tao..”
                “pergi kataku! Apa kau tak dengar hah?!” hardikku.
                “baiklah, aku pergi.. kau hati-hatilah disini..” ujar Jaehui, entah kenapa aku menjadi merasa bersalah karena membentaknya. Ku genggam pergelangan tangannya.
                “mianhaeyo.. kau disini saja, temani aku.” Kataku kemudian mendapatkan anggukan darinya.
                ***
Author POV
                “gomawo Sehunnie, kau sudah menghiburku hari ini.” Ujar Ranbyul lalu memberi senyuman terbaiknya.
                “tak usah sungkan Byullie..” jawab Sehun lalu tersenyum. Ranbyul merasa sangat nyaman melihat senyuman Sehun. Sesaat mereka terdiam cukup lama hingga Sehun mendaratkan sebuah ciuman di kening Ranbyul
                Chu~
                Tanpa mereka sadari ada sepasang mata menatap mereka nanar di simpang gang rumah mereka.
                “hm, mianhae Byullie.. ini sa-“
                “anni, ini bukan salahmu Sehunnie.”
                “uhm, gomawo. Kalau begitu aku pulang dulu ne?” ujar Sehun lalu bersiap kembali di motor sportnya.
                “baiklah. Hati-hati ne?” ujar Ranbyul perhatian.
                “arraseo. Kalau begitu aku pamit dulu. Sampai jumpa besok pagi.” Ujar Sehun lalu mengendarai motor sport miliknya hingga tak tampak lagi di ujung jalan. Baru sebentar Ranbyul ingin membuka pagar rumahnya, ada sebuah tangan kekar menggenggam pergelangan tangannya.
                “gerobak..” ujar namja itu, Tao. Ranbyul menatap ‘sahabat’nya itu penuh dengan tatapan benci.
                “apa salahku? Hingga kau tampak begitu membenciku? Kau tak bisa seperti ini tanpa ada alasan sama sekali. Selama ini kau tak pernah bersikap dingin padaku. Aku mohon.. jelaskan apa salahku.” Pinta Tao yang kemudian di balas sebuah seringaian milik Ranbyul.
                “tsk, tanyakan pada dirimu sendiri tuan Huang.” Ujar Ranbyul dingin lalu menghempaskan genggaman tangan Tao pada pergelangan tangannya.
                BRAAAKK!
                Bunyi dentuman keras berasal dari pagar yang di banting oleh Ranbyul, sejurus kemudian Tao terduduk lemas di depan pagar rumah keluarga Kim dan menangisi nasibnya.
                “KIM RAN BYUUUL!!!” pekik Tao.
Kau tahu?
Kita berada di dunia yang berbeda, Tao..
Kau tampan, baik, dan pintar..
Sedangkan aku?
Aku tak lebih dari seonggok anak itik yang sekarat.
Jika orang lain menggunakan perbedaan menjadi alasan untuk bersatu.
Berbeda denganku yang memilih perbedaan menjadi alasan yang tepat untuk berpisah denganmu.
Hiduplah dengan baik tanpa sahabat kejammu..
Sahabat kejammu adalah aku.
Dan satu lagi,
Kau tahu? Sehun sudah sukses membuatku berpaling darimu.
Aku mencintai Sehun..
Ya, I love him..
Bukan kau.
Jika kau masih menganggapku teman.
Do’akan aku agar aku bisa mendapatkannya.
Mendapatkan hatinya yang suci itu.
Aku egois? Benar, aku memang egois!

Chapter 3 : The Name I Loved
Ranbyul POV
                Sudah hampir tengah malam. Huft, besok aku berulang tahun. Siapa yang akan mengucapkan selamat padaku untuk yang pertama kali? Pertanyaan itulah yang terus berputar di kepalaku membuatku tak kunjung bisa memejamkan mata dan berjelajah di dunia mimpi.
                TENG!
                Bingo! Sudah jam 12 malam dan artinya aku berulang tahun. Hiyaa, saengil chukka hamnida Ranbyul. Hm, ada yang kurang pada ulangtahunku kali ini. Yah, namja itu. Selama 4 tahun terkahir setiap aku berulang tahun ia memberikan kejutan tepat tengah malam seperti saat ini. Aku, aku merindukannya. Aku beranjak dari kasur kemudian menuju rak buku yang ada di kamarku. Mencari keberadaan album foto dokumentasi perayaan ulangtahunku khusus bersama Tao yang memiliki warna merah marun itu.
Aku menemukannya, ku bawa album berukuran sekitar 10 inch itu menuju tempat tidurku. Ku buka satu persatu halaman. Pertahananku jebol tatkala melihat begitu banyak ekspresi senang ku bersama Tao. Aku, sangat merindukannya. Aku merindukan kenangan ini. Aku ingat, ia mencium keningku saat itu, 1 tahun yang lalu.
Flashback ON
Author POV
“apa yang ingin kau lakukan di usia barumu, gerobak?” tanya Tao, mereka tengah memandang langit malam yang penuh akan cahaya berkilauan dari para bintang di balkon kamar Ranbyul.
“aku belum memikirkannya.” Jawab Ranbyul.
“hm.. gerobak..”
“ne panda?”
CHU~
Seketika rona merah muncul di wajah gadis yang sedang merasa malu, dan senang. Entahlah, tak bisa di ungkapkan apa yang ia rasakan sekarang. Namja yang begitu ia cintai mencium keningnya hangat. Ia merasa terbang dengan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Indah, indah sekali.
“sekali lagi, saengil chukka hamnida.. Ranbyul..” ujar Tao lalu tersenyum. sangat jarang bahkan terbilang tidak pernah Tao memanggil Ranbyul dengan namanya.
“ne, gomawoyo..” ujar Ranbyul lalu tersenyum senang.
Flash Back OFF
Ranbyul POV
“hiks.. hiks.. Tao.. bogoshippoyo..” isakku. Jujur saja, aku sedikit menyesali perbuatanku waktu itu. Membiarkan diriku tenggelam dalam lautan egois yang begitu besar. Seharusnya aku tak perlu merasa cemburu. Karna Tao tak pernah mengatakannya, Tao tak pernah mengatakan ingin menciumku. Tapi Tao melakukannya.
Deerrrtt derrrrtt
Ku sambar handphoneku lalu melihat ada panggil dari.. Tao.
“yoboseo..” ujarku pelan, mencoba menetralisir isakan dan nervous dihatiku.
“gerobak.. saengil chukka hamnida.. saengil chukka hamnida.. saranghaneun nae Ranbyul.. saengil chukka hamnida.. maaf aku hanya bisa menelponmu. Tadi aku ada urusan jadi tak sempat membelikan apapun untukmu. Dan, aku minta maaf atas kesalahanku yang membuatmu marah. Mianhaeyo..”
“ne, gomawo. Kau tak perlu merasa repot. Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Sudahlah, aku mau tidur. Jaljayo.”
Tiit
Ku putuskan sambungan telepon secara sepihak. Tak apa, agar Tao bisa membenciku. Membenci diriku yang egois ini. Hm, aku sedikit merasa lebih baik setelah mendengar suaranya. Aku tahu ini egois. Tapi mau bagaimana lagi?
***
Deerrrtt deeeerrrtt
“yoboseo, sehunnie..”
“...”
“ehm, ne. Kwaenchana. Aku bisa berangkat dengan oppa ku.”
“...”
“ne.. arraseo. Annyeong.”
Tiit
Ada apa dengan Sehun, pagi ini dia tak menjemputku. Aih, dia juga tak mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi wajar saja, aku tak pernah mengatakan padanya jika aku berulang tahun hari ini. Hm, Tao.. apa dia benar-benar menyatakan perasaannya pada yeoja yang ia katakan waktu itu? Nan molla..
***
“kemana bis berkeliaran? Aku tak tahu jadwal keberangkatannya. Huuufftt.” Desahku lalu menghembus kasar poniku. Aku sedang berada di halte bus yang ada di simpang jalan rumahku. Hingga sosok yang begitu aku kenal mengendarai motornya, Tao. Aku alihkan pandanganku ke arah lain.
“hei gerobak.” Panggilnya. Aish, matilah kau nona Kim.
“ne?” jawabku.
“kemana namja yang sering mengantarmu itu?”
“dia ada sedikit urusan.”
“oh. Hm, berangkat denganku saja.”
“terimakasih, itu tidak perlu.”
“ayolah.”
“tidak perlu.” Ujarku acuh.
“hm, kau tak tahu jadwal bis ke sini? Mereka datang 1 jam lagi. Dan kau mau menunggu sampai 1 jam lagi? Bisa-bisa kau di hukum mengepel lapangan basket sekolah.”
“sa-satu jam lagi?” tanyaku, ia mengangguk.
“ayolah, kau tak mau terlambatkan?”
“hm, baiklah.” Jawabku pasrah.
Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Aku tak berani membuka percakapan. Untung saja aku hanya perlu 20 menit untuk diam seperti ini. Senyumku meluncur bebas tatkala melihat punggungnya, ingin sekali aku memeluknya dan membisikkan kata saranghae tepat di telinganya. Tapi itu tidak mungkin,dia tak pernah mencintaiku.. dan tidak akan pernah. Akhirnya motor yang dikendarai oleh Tao telah terparkir ditempatnya.
“gomawo, Tao-ssi.”ujarku lalu bersiap pergi.
“mana julukan panda ku? kenapa kau tak memanggilku dengan nama kesukaanku itu?” protes Tao.
                Aku hanya diam tak menggubris pertanyaannya dan melangkahkan kakiku menuju kelas.
                ***
“Sonsaengnim, bisakah aku memilih teman duet dari kelas sebelah?” ujarku pada Lee Sonsaengnim. Yang seterusnya mendapatkan sorakan dari setiap penjuru kelas.
“apa anak laki-laki di sini kurang berbakat dalam menari, nona Kim? Biasanya juga kau selalu berpasangan dengan Tao-ssi.”
“eum, itu. Aku ingin mencoba duet dengan anak kelas lain. Aku, aku bosan jika harus berduet dengan siswa di kelas ini.” Protesku yang kembali mendapatkan hujaman suara dari setiap sudut kelas.
“eum, baiklah. Silahkan nona Kim.” Jawab Lee Sonsaengnin lalu tersenyum tipis.
“Kamsahamnikka Lee Sonsaengnim” ujarku semangat lalu membungkuk hormat.
“ye. Jadi, kalian ingat. Waktu kalian berlatih hanya 2 minggu. Berlatihlah dengan keras. Saya undur diri.”
“ye, sonsaengnim.” Ujar kami sekelas.
Aku tengah membereskan buku-buku yang berserakan di mejaku, bisa kulihat sudut mataku Jaehui tengah mendekati Tao. Aku berpura-pura untuk tidak tahu.
“Tao-ssi, bisakah aku jadi teman duetmu?” tsk, sudah ku tebak. Jaehui akan mengatakan hal itu.
“tapi..”
“kau tidak berduet dengan Ranbyul, kan?”
“Byullie!.” Panggil suara yang selalu membuatku teduh.
Huft, gomapta Sehun. Kau menyelamatkanku.
“ne Sehunnie.” Jawabku lalu melangkah riang keluar kelas.
...
“kau mau menemaniku  ke Sungai Han, nanti?” tanya Sehun, aigoo~ tampaknya ia benar-benar tak tahu apapun tentang ulangtahunku.
“ne, baiklah.” Jawabku lalu kembali menyantap ddubokki milikku.
“memangnya ada apa disana?” lanjutku.
“aku hanya ingin kesana, bersamamu.” Ujarnya lalu tersenyum misterius.
“sebenarnya apa yang kau sembunyikan eoh? Aku menangkap hawa aneh dari senyumanmu itu.” Sewotku.
“nanti kau akan tahu juga, tenang saja.” Ujarnya lalu kembali menampakkan smirknya.
***
“Byullie..” panggil Sehun yang membuatku membuyarkan lamunanku, sekarang kami tengah memandang aliran tenang sungai Han. Sangat indah..
“wae? Sehunnie?”
“hm.. aku tau jika aku tak pantas mengatakannya. Tapi..”
“tapi apa? Katakan saja.” Desakku. Kemudian ia terdiam cukup lama, bola matanya berputar kesana kemari seolah tengah memendam sesuatu yang besar dibenaknya. Hingga akhirnya ia menatapku teduh. Mata sayunya yang indah itu benar-benar menghipnotisku.
“saranghae Byullie.. aku bukan tipe laki-laki yang mudah merangkai kata-kata romantis yang disukai oleh banyak wanita. Tapi inilah aku, diriku. Bisakah kau menerima diriku, Byullie?” ujarnya pelan namun terdengar jelas ditelingaku. Aku merasa bahagia ketika mendengarnya.. sangat bahagia.
“ottokhae? Kau mau, Byullie?”
“NA DO SARANGHAE SEHUNNIEEEEE.” Pekikku.
“jeongmal?” aku mengangguk.
GREP!
Jadi inikah rasa hangat ketika kau dipeluk oleh kekasihmu? Benar, sangat hangat dan nyaman. Detak jantungnya yang berdetak tak karuan justru terdengar sebagai melodi indah di telingaku. Aku benar-benar jatuh cinta..
“biarkan seperti ini.. biarkan sedikit lama..” bisik Sehun, aku mengangguk pelan menjawab ucapannya.
“kau menyukainya?” bisik Sehun lagi.
“ne, aku sangat menyukainya.. bagaimana denganmu?”
“aku tidak menyukainya, tubuhmu sangat pendek.”
PLETAK!
“yakk! Jangan pukul kepalaku, chaggi.. appoyo..” rintih Sehun.
“hahahaha. Coba kejar aku.. ppalli chaggi-yaa.. palliwa..” ujarku lalu berlari sekuat mungkin untuk menjauh.
“yakk! Chaggi-ya.. chankkaman..”
“hahahahahaha. Ayo kejar aku..”
Tapi sial, aku merutuki kakiku yang masih jauh kurang panjang dibandingkan kaki Sehun. Dan bisa ditebak, aku tertangkap.
“chaggi, aku ingin memakai baju couple denganmu..” ujar Sehun setelah ia berhasil mensejajarkan langkahnya denganku.
“kau benar-benar menginginkannya?” tanyaku yang disahut anggukan oleh Sehun.
“otte?” tanyanya lagi.
“arraseo.. i’m yours baby..” ujarku.
“hihihihi, kajja kita pulang..” ujar Sehun lalu merangkul pundakku dan merapatkan tubuhku padanya.
“AKU SANGAT SENANG HARI INI.. BAGAIMANA DENGANMU CHAGGI?” pekik Sehun yang sukses membuat banyak orang menatap kami aneh.
“AKU JUGA SANGAT SENANG.. SARANGHAE..” pekikku.
“NA DO SARANGHAE..” pekik Sehun. Lalu kami tertawa bersama setelah membuat banyak orang menatap kami heran. Biarlah, i don’t care. Yang penting aku bahagia.. gomawo Sehun..

Author POV

Di sisi lain, tepatnya di balik pagar rumah milik keluarga Huang tampak sesosok namja bertubuh atletis ditemani sekantong sampah di sampingnya. Ia ingin memastikan yeoja yang dicintainya sampai dirumah dengan selamat. Siapa lagi kalau bukan.. Ranbyul. Semenjak akhir-akhir ini mereka kehilangan komunikasi yang Tao sendiri tidak tahu apa alasannya. Tao mencemaskan gadis itu. Ia menyenderkan tubuhnya di dinding pagar rumah sembari memikirkan hal yang entah apa isinya. Kegunaan sekantong sampah disampingnya? Tentu saja menjadi alibi jika ia tertangkap basah tengah menunggu yeoja yang ia cintai itu pulang. Hingga penantiannya di akhiri dengan hembusan nafas lega. Namja yang ia ketahui belakangan ini bernama Sehun telah mengantar yeoja itu dengan selamat. Ia sedikit mengintip apa yang dilakukan dua anak manusia yang tengah ia perhatikan. Tentu saja Tao tak mendengar apa yang mereka ucapkan karena jarak mereka cukup jauh, radius 8 meter.
“SARANGHAE SEHUNNIE..” lengkingan milik siapa? Tentu saja milik Ranbyul.
‘apa mereka berpacaran? Ah, mungkin saja aku salah dengar karena aku khawatir.’ Pikir Tao.
“NA DO SARANGHAE BYULLIE” pekik Sehun, namja yang akhir-akhir ini dekat dengan Ranbyul. Sebenarnya ini aneh bagi Tao. Kenapa? Karena selama ini Ranbyul hanya bergaul dengan teman laki-laki di kelas mereka. Tidak sama sekali dengan anak kelas lain. Dan juga karena Ranbyul tidak mudah dekat dengan seorang namja. Ranbyul tak pernah berceloteh tentang namja lain kecuali idola laki-laki nya.

‘na do saranghae? Jadi mereka benar-benar pacaran? Atau aku yang salah deng-‘ gumaman Tao terhenti tatkala melihat namja lain mencium bibir gadis yang begitu ia cintai. Mata pandanya tak sanggup berkedip barang sedikitpun karena tak ingin menyianyiakan pemandangan yang menyakitkan ini. Hingga akhirnya namja itu melepas ciumannya yang diyakini oleh Tao adalah ciuman perpisahan untuk kekasih. Tentu saja, Teman laki-laki mana yang berani mencium bibir temannya? Jika adapun, itu akan sangat jarang terjadi. Terlebih Tao merasakan atmosfer cinta yang menyeruak keluar dari perlakuan dua orang yang ia perhatikan.

Tuhan.. Salahkah aku jika aku menyukai sahabatku sendiri? Mencintai sahabatku sendiri? Apa salahku? Apa aku telah membuat sebuah kesalahan besar hingga kau menghukumku dengan cara seperti ini? Entahlah, terlalu banyak tanya yang meledak-ledak dibenakku.Tapi sudahlah.. Aku menyerah dan aku mengaku kalah.. Aku, seorang sahabat yang sudah 4 tahun dekat dengan Ranbyul. Kalah dengan seorang namja yang bahkan belum genap seminggu berkenalan dengan Ranbyul. Sedahsyat apa skenario pertemuan mereka hingga mereka bisa saling jatuh cinta? Apa aku bisa meminta time machine dan meminta skenario itu untukku dan Ranbyul? Aku menyesal.. Aku pengecut.. Tuhan, aku akan menerima kutukan ini.. Tapi, aku ingin jangan ada air mata yang tumpah dari mata indahnya.. Yakinkan aku jika kau sudah mengirim orang terbaik untuknya.. biarlah aku yang tersakiti, aku yang tersiksa. Aku hanya akan mencintainya dalam diam.. dalam diam..
Tears be fall
Colours and promises
How to be brave
How can I love when I’m afraid to fall
Watching you stand alone
All of my doubt
Suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday
Waiting for you
Darling done be afraid
I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for thousand more
All along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
One step closer..
One step closer..
-          A Thousand Years-Christina Perri
TBC~
Don’t forget RCL nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar